Mohon tunggu...
Abdullohi Dzikru
Abdullohi Dzikru Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa MPI biasa

Akun inspirasi dari imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negara dan Agama

4 April 2020   14:00 Diperbarui: 4 April 2020   14:03 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Materi kali ini kita akan membahas tentang negara dan agama, dari kedua elemen tersebut kita harus bisa memadukan menjadi sesuatu yang positif, dan membawa dampak yang positif pula, karena banyak diantara makhluk manusia di muka bumi ini hanya memfanatiskan hanya salah satu di antara kedua ini.

 Jika kita terlalu fanatik terhadap negara tanpa mengambil nilai nilai dari agama, kita akan tersesat dengan jalan yang terpampang yang sangat nyata, tidak perlu memberi contoh karena banyak di antara kita yang seperti ini, bahkan ada yang berfikir "negara ya negara, agama ya agama, urusan hamba dengan tuhan beda lagi" padahal stanpa mereka sadari sebenarnya agama tidak hanya mencakup urusan kita dengan tuhan saja, didalam agama contohnya "islam" saja ada porsinya sendiri dimana kita harus berhubungan dengan "Allah" / hablumminallah (ibadah), dimana kita harus berhubungan dengan manusia / hablumminannas (social), bahkan rasulullah SAW pun sudah mencontohkannya. 

 Nah yang kedua ialah bahayanya jika kita terlalu fanatik terhadap agama tanpa mempunyai jiwa kewarganegaraan sama sekali, ada contohnya? Sangat banyak, apalagi di lingkungan kita terutama Indonesia yang notabennya negara dengan mayoritas berpenduduk islam,. Sifat atau prilaku ini sangat memprihatinkan karena sifat seperti ini pasti menghasilkan jiwa jiwa radikal yang sangat besar, seperti mereka mereka yang menginginkan Indonesia menjadi negara KHILAFAH dengan asumsi "kembali ke Qur'an dan hadist"  dan meniru system pemerintahan di jaman Rasulullah dan jaman sahabat. 

Dan yang ketiga yang paling menakutkan adalah orang yang tidak memiliki sifat keduanya sama sekali, meski dampaknya tidak terlihat secara langsung, tapi sangat berpengaruh terhadap segala aspek, sifat "bodoamat" inilah yang sedang menyerang orang orang pada zaman millenial seperti ini. 

  *zaman ini rusak bukan karena ada orang gila yang berbicara, tapi karena banyaknya orang faham yang lebih memilih diam*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun