Mohon tunggu...
abdullahafifbauzir
abdullahafifbauzir Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hubungan Internasional'23 Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Washington Consensus, antara mimpi stabilitas ekonomi dan realitas krisis

27 April 2025   22:46 Diperbarui: 27 April 2025   22:46 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Globalisasi, dalam berbagai bentuknya, telah mengubah wajah dunia secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu instrumen perubahan paling berpengaruh dalam era globalisasi ekonomi adalah Washington Consensus. Namun, apakah "resep" ekonomi ini benar-benar membawa manfaat seperti yang dijanjikan? Ataukah ia justru menjadi jebakan baru yang memperdalam ketimpangan dan ketidakstabilan sosial di negara-negara berkembang?

Tulisan ini mencoba mengupas Washington Consensus secara lebih dalam, memeriksa asal-usulnya, prinsip-prinsip yang diusung, implementasinya di berbagai negara, serta mengkritisi dampak nyata yang ditimbulkan.

Asal-usul Washington Consensus

Istilah Washington Consensus diperkenalkan oleh ekonom John Williamson pada tahun 1989. Meskipun terdengar seperti sebuah kesepakatan resmi, sebenarnya Washington Consensus tidak pernah diratifikasi atau ditandatangani oleh negara mana pun. Ini hanyalah istilah untuk menggambarkan serangkaian prinsip kebijakan ekonomi yang disepakati secara tidak resmi oleh lembaga-lembaga berbasis di Washington, D.C., seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank, dan Departemen Keuangan Amerika Serikat.

Sepuluh prinsip utama yang dirumuskan dalam Washington Consensus adalah:

  1. Disiplin fiskal

  2. Reorientasi pengeluaran publik

  3. Reformasi pajak

  4. Liberalisasi suku bunga

  5. Nilai tukar kompetitif

  6. Liberalisasi perdagangan

  7. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun