Di era 4.0 seorang perempuan harus memiliki pemahaman yang luas terhadap hukum agama dan peraturan pemerintah. Dengan demikian perempuan sebagai seorang istri bisa bersikap tegas dan berani terhadapat kesalahan atau pelanggaran yang diperbuat oleh seorang suami.
Tegas bukan berarti membangkang, tetapi tegas yang sesuai syari'at tentunya. Kalau tidak begitu di era seperti jaman sekarang perempuan akan diperlakukan seperti para wanita di jaman jahiliyyah, dimana wanita hanya di perbudak kaum lelaki atas lebel pernikahan.
Sebagai wanita harus punya ketegasan dalam berprinsip, jika perempuan dalam kondisi lelah ya ungkapkan pada suami, dan sampaikan padanya, semisal "Mas hri ini aku tidak masak. Aku capek dan perlu istirahat". Â Bagi suami dia juga perlu menghargai keinginan istrinya dan memberikan waktu bagi istri untuk istirahat serta tetap mencari solusi agar tetap ada masakan untuk dihidangkan di rumah.
Inti dari artikel ini adalah seorang suami harus paham tentang hak dan kewajibannya. termasuk hak dan kewajiban dari pasangan hidupnya (istri). ketika paham dan sudah tau hak dan kewajiban dari masing-masing pasangan, maka kerjakan dan minta pentunjuk serta kekuatan kepada Allah agar semuanya bisa dikerjakan dengan mudah dan lancar.
Tentang pekerjaan memasak dan pekerjaan rumah yang lain, berdasarkan mahzab Syafi'iyah, Hanafiyah, dan sebagaian Malikiyah berpendapat bahwa memasak bukan menjadi kewajiban istri.
Tugas istri yang paling pokok itu bukan masak. Ada dua tugas istri dalam Islam, pertama adalah menaati Allah melalui taat pada suami selama permintaan suami yang baik-baik dan tidak bertentangan dengab syari'at. Kedua adalah menjaga nama baik keluarga, khususnya suami, di setiap waktu dan kesempatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
