Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Mahasiswa IAIN Surakarta Mengisi Penutupan KKN dengan Pengajian Umum Transformatif

8 Oktober 2015   18:21 Diperbarui: 8 Oktober 2015   18:25 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kuliah Kerja Nyata sebagai satu kegiatan intrakurikuler yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan bekerja bersama masyarakat. Selain itu, KKN juga merupakan sarana untuk dapat beradaptasi dan bergaul bersama masyarakat, sehingga melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap problem kemasyarakatan. Salah satu dari sekian banyak problem yang terjadi di masyarakat adalah lunturnya rasa persaudaraan dalam berbangsa dan bernegara. Melihat hal ini Mahasiswa KKNT IAIN Surakarta perlu mengadakan kegiatan yang dapat memupuk rasa persaudaraan dan menguatkan nasionalisme berbangsa dan bernegara, Sabtu (29/8).

Oleh karena itulah, Kuliah Kerja Nyata berbasis Sosio-Keagamaan dan Kemerdekaan Institut Agama Islam Negeri Surakarta se-kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah bekerjasama dengan masyarakat Mojolaban mengadakan special event pengajian umum dalam rangka memperingati HUT RI ke-70 dan penutupan KKN Transformatif IAIN Surakarta Kecamatan Mojolaban dengan tema “Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat Kebangsaan dan Persaudaraan”. Pembicara dalam event ini adalah Dr. Syamsul Bakri, M.Ag (Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta/Pengasuh Pesantren Darul Afkar, Ceper, Klaten, Jawa Tengah/Ketua Lakpesdam NU Klaten).

Abdul Aziz mengungkapkan bahwa acara ini bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi antara mahasiswa dengan masyarakat sekaligus untuk membangun semangat islamisme dan nasionalisme. “Acara ini dilaksanakan tidak lain bertujuan untuk memperat tali silaturrahmi (persaudaraan dan keakraban) antara masyarakat mojolaban dengan mahasiswa KKN IAIN Surakarta yang berada di masing-masing desa se-Kecamatan Mojolaban. Selain itu acara ini juga sebagai wujud rasa terimakasih kepada warga Mojolaban yang telah rela meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya selama kurang lebih sebulan ini untuk dapat hidup bersama Mahasiswa KKN. Oleh karenanya, perlu dilakukan penutupan KKN bersama seluruh masyarakat Kecamatan Mojolaban beserta aparat pemerintahan dan jajarannya, Muspika, Polsek, Koramil dan KUA sebagai bentuk pamitan (dalam tradisi KKN).”, ujar Abdul Aziz, selaku Koordinator Kecamatan KKN IAIN Surakarta ketika diwawancarai di sela-sela acara.

Eko Rahmanto selaku ketua panitia dalam prakatanya menyampaikan terimaksih kepada aparat pemerintahan kecamatan Mojolaban dan seluruh tamu undangan serta warga Mojolaban yang telah menghadiri acara tersebut. “Terimakasih atas partisipasi sekaligus kerjasama dari masyarakat Mojolaban bersama Mahasiswa KKNT IAIN Surakarta yang telah meluangkan waktunya untuk bisa hadir dalam acara pengajian umum peringatan HUT RI ke-70 dan penutupan KKN IAIN Surakarta. Pastinya terdapat kesalahan maupun kekurangan yang dilakukan oleh rekan-rekan KKN ketika hidup berdampingan dengan masyarakat. Oleh karena itu, kami meminta maaf atas kesalahan maupun kekurangan tersebut ”, sambut Eko Rahmanto.

“Semoga dengan adanya acara ini dapat  menguatkan persaudaraan dan kekeluargaan antara masyarakat di Mojolaban dengan mahasiswa KKNT IAIN Surakarta, juga menguatkan nasionalisme berbangsa dan bernegara bagi masyarakat mojolaban dan mahasiswa KKNT IAIN Surakarta ”, tambahnya.

Atas dasar demikianlah seluruh kelompok KKN IAIN Surakarta yang berjumlah 30 kelompok di kecamatan Mojolaban bekerjasama dengan masyarakat Mojolaban mengadakan big event closing KKN di Balai Desa Cangkol, Mojolaban. Dipilihnya Balai Desa Cangkol sebagai tempat kegiatan didasari oleh hasil musyawarah antara ketua kelompok, koordinator desa masing-masing dan korcam yang telah bermufakat bahwa kegiatan penutupan KKN dan Pengajian Umum tersebut akan lebih elegan jika dilaksanakan di Desa Cangkol (yang mudah ditelusuri dan cukup strategis di Mojolaban).


Awalnya kegiatan ini akan dilaksanakan di Stadion Mini Bekonang, namun karena ada beberapa hal yang menyebabkan tidak bisanya tempat tersebut digunakan, maka dengan kesepakatan bersama memutuskan bahwa acara tersebut dilaksanakan di Desa Cangkol. Tentunya hal ini menimbulkan efek ketidakpuasan bagi sebagian kelompok KKN yang lain. Baik karena mereka memandang acara ini hanya akan memberi manfaat kepada kelompok KKN tertuntu, maupun hal-hal lainnya. Akan tetapi dengan rasa semangat dan percaya diri seluruh panitia tetap mempertahankan hasil mufakat bersama hingga akhirnya acara tersebut berjalan dengan mulus sesuai rencana.

Sebagai sebuah acara pamitan kepada seluruh warga Kecamatan Mojolaban, seluruh mahasiswa kampus Islam tersebut mengkonsep acara dengan diisi pengajian umum transformatif. Hal ini didasarkan karena model KKN yang digunakan juga KKN Transformatif, pemberdayaan masyarakat dengan cara belajar dan bekerja bersama masyarakat, memberikan jawaban masalah yang masih menjadi problematik di ranah masyarakat Desa dengan memberikan upaya penanggulangan atas problem tersebut secara keberlanjutan. Maka pengajiannya pun dikonsep dengan pengajian transformatif, yakni pengajian yang berisi tausiyah mengandung nilai-nilai pembaruan kepada masyarakat. Baik pembaruan dari pemikiran, rohani, pemaknaan terhadap agama hingga (keagamaan) dan sosial.

Pada kesempatan tausiyahnya, Ustadz Dr. Syamsul Bakri menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan gagasan keberislaman kontemporer. Sebagai seorang akademis sekaligus pengasuh pesantren, Dr. Syamsul Bakri memberikan pencerahan dihadapan kurang lebih 600-an orang mengenai makna iman dan shaleh dalam Islam yang sebenarnya. Menurutnya iman letaknya bukan hanya di syariat (yang tampak) saja, melainkan pengejewantahan atas tugas atau profesi yang dijalankan oleh seseorang juga termasuk beriman. Maka dengan demikian semua orang berhak menyandang predikat ‘shaleh’. Sehingga kata ‘shaleh’ tidak hanya terancap kepada Kiai saja, melainkan Polisi, Kepala Desa, palajar, pegawai hingga masyarakat umum pun sangat berhak untuk menyandang kata ‘shaleh’ dalam dirinya.

“Keshalehan seorang polisi diukur dengan seberapa cekatannya ia melayani dan mengayomi masyarakat. Ketika waktu jumatan tiba dan bebarengan dengan itu terjadi kecelakaan parah yang menimpa pengendara jalan raya, maka seharusnya seorang polisi (lalu lintas) melaksanakan tugasnya, walaupun shalat jumat sudah dimulai. Bukan berarti polisi tersebut mengabaikan perintah Tuhan, namun justru ia akan berdosa jika tidak segera menolong pengendara jalan yang kecelakaan parah tersebut. Karena memang tugas ia adalah melayani masyarakat.”, tegas Dr. Syamsul Bakri.

“Islam itu mudah, jangan dipersulit dengan hanya melakukan amalan-amalan ibadah yang memang bukan pada porsinya. Sebagai Kepala Desa tidak semestinya melakukan wiridan setiap saat, apalagi ketika jam kerja kantor. Ketika penduduknya minta pelayanannya, malah Lurahnya sedang wiridan di dalam rumah. Ini secara tidak langsung malah akan mempersulit orang lain. Karena memang seharusnya tugasnya Lurah adalah melayani masyarakat, terutama pada jam kerja. Kalaupun akan melakukan amalan-amalan ibadah kerjakanlah pada waktu dan tempat yang tepat.”, terang Dr. Syamsul Bakri, dengan ala guyonan akademisnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun