Tahun 2025 jadi momen penting buat pertanian Indonesia, khususnya jagung. Di tiga bulan pertama saja, produksi jagung nasional tembus 9,03 juta ton. Ini lonjakan besar dibanding tahun lalu yang cuma 6,08 juta ton. Naiknya sampai 48%! Angka ini jelas bukan sekadar data, tapi bukti nyata kerja keras banyak pihak dari pemerintah, Polri, sampai para petani di lapangan.
Polri juga tidak main-main. Mereka punya target tanam jagung di lahan seluas 1 juta hektare, dengan estimasi panen 4 sampai 10 juta ton. Ini bukan cuma buat kebutuhan sekarang, tapi juga sebagai langkah besar menuju kemandirian pangan di masa depan.
Hal yang keren, peningkatan produksi ini tidak dilakukan asal-asalan. Polri dan stakeholder menggandeng kelompok tani, pakai teknologi pertanian modern, dan manfaatkan lahan-lahan yang sebelumnya nganggur, termasuk lahan perhutanan sosial. Jadi, bukan cuma banyak hasilnya, tapi juga dilakukan dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan memberdayakan petani.
Kalau tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Indonesia bakal lepas dari impor jagung dan bahkan bisa jadi salah satu pemain utama di pasar jagung Asia. Ini kemajuan besar yang patut kita apresiasi.
Sekarang Polri tidak cuma dikenal sebagai penjaga keamanan, tapi juga ikut andil jadi penggerak pembangunan, terutama di sektor pertanian. Mereka bantu petani sejak awal dari penyediaan alat, edukasi, sampai pendampingan di lapangan. Salah satu contohnya bisa kita lihat di Kalimantan Barat.
Di sana, berkat bantuan Polri dan teknologi seperti bibit unggul dan pupuk presisi, hasil panen yang sebelumnya cuma 2 ton per hektare naik jadi 9 ton lebih! Pendapatan petani pun ikut melonjak, dari Rp500 ribu jadi sekitar Rp4 juta per bulan. Ini dampak nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat bawah.
Kerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, penyuluh pertanian, dan swasta juga bikin sistem pertanian jadi lebih kuat. Polri bantu petani merasa aman, didukung, dan tidak jalan sendiri.
Produksi jagung yang tinggi tentu bikin senang, tapi disisi lain juga perlu diatur biar tidak bikin harga anjlok. Di sinilah strategi ekspor jagung jadi langkah jitu. Polri dan stakeholder berhasil menjalin kerja sama ekspor jagung ke Malaysia sebanyak 20 ribu ton. Hari ini pun ekspor perdana sebanyak 1.200 ton ke Sarawak dilepas, dengan harga bagus Rp5.900 per kilo.
Bukan cuma itu, Gorontalo dan NTB juga siap ekspor jagung masing-masing 27 ribu dan 20 ribu ton. Ini bukti bahwa kita tidak cuma bisa produksi, tapi juga punya daya saing di pasar luar negeri.
Ekspor ini jadi cara buat jaga keseimbangan harga dalam negeri, biar petani tetap dapat untung. Lebih dari itu, ekspor juga buka peluang baru buat petani dan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen jagung di Asia.
Dengan adanya ekspor, surplus jagung yang diperkirakan 1 sampai 6 juta ton bisa dikelola dengan baik. Tidak cuma bantu jaga harga, tapi juga kasih petani akses ke pasar luar negeri. Pendapatan petani meningkat, distribusi makin luas, dan kesejahteraan mereka makin terjamin.