Mohon tunggu...
Abdulazisalka
Abdulazisalka Mohon Tunggu... Tutor - Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Membacalah, Bertindaklah

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Sepucuk Cerita "Pasar Roma" Kota Malang

28 November 2020   07:24 Diperbarui: 1 Desember 2020   03:30 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit foto: artificialphotography via unsplash edit pribadi 

Kredit foto: ngalamco
Kredit foto: ngalamco

Penduduk kota Malang, yang suka bekeliaran malam hari pasti tahu. Terutama anak-anak muda. Baik pemuda asli malang atau muda-mudi yang merantau datang dari beragam kota. 

Beberapa tahun terakhir, saya sering menjumpai pemuda yang berkunjung ke pasar ini wangi-wangi. Bersih-bersih. Pandai berdandan. Tak seperti dulu.

Rupanya kesan barang bekas telah berubah, dengan munculnya istilah baru seperti Thrifting, Preloved dan lainnya. Dulu di Kota ini, kami menyebutnya hanya satu, yaitu dalbo. 

Mungkin konteks dan situasinya juga sudah berubah. Terlepas dari itu saya pribadi tetap mencintai barang bekas. Bahkan mungkin hampir semua yang melekat pada saya, kecuali pakaian dalam, adalah barang bekas. Jarang, hampir tak pernah saya membeli barang baru.

Tiap malam akan tiba ratusan jiwa. Mengetuk, memilah, memilih baju, sepatu, celana, jaket bekas. Melewati tawar menawar yang mendebarkan. Mereka membanjiri malam dengan transaksi barang bekas. Kawasan sejuk dan rindang kota ini telah menjadi saksi jual beli mereka.

Berdasarkan pengalaman saya menjadi konsumen barang bekas ada beberapa yang perlu diketahui dalam memilah dan memilih. Tentu juga ada beberapa manfaat dari barang bekas ini. 

Terutama pakaian, atau fashion bekas. Karena ternyata Pasar Roma ini telah menyadarkan saya, bahwa untuk memakai brand ternama tak perlu keluar banyak dana. Dan juga dengan membeli barang bekas kita telah mengurangi dampak buruk ke lingkungan.

Nate Herman, Wakil Ketua Asosiasi Industri Busana dan Sepatu Amerika Serikat, mengakui tingkat polusi bisnis fesyen terus meningkat ke level yang lebih buruk dibanding satu dekade lalu. "Apalagi setelah Cina tidak lagi menampung daur ulang baju bekas, maka dampaknya industri ini akan sulit mempertahankan pola bisnis berkelanjutan," kata Herman saat diwawancara via Instagram.

Bagaimana agar kita mendapatkan barang atau pakaian bekas yang tepat?
Pertama, teguhkan hati jangan sampai kita lupa diri melihat harga murah

Kelebihan pakaian atau barang bekas adalah harganya murah. Jangan sampai kita membeli tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Ada yang bagus, beli. Sedikit keren, beli. Agak kekinian, beli. Kita harus kontrol diri, belilah barang sesuai gaya pribadi dan kebutuhan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun