Mohon tunggu...
Abdulazisalka
Abdulazisalka Mohon Tunggu... Tutor - Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Membacalah, Bertindaklah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Doyan Mabuk, tapi Selalu Ingat Dosa

14 November 2020   05:51 Diperbarui: 14 November 2020   06:14 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa meninggalkan yang haram karena takut kepada Tuhan. Pasti baginya 'kan digantikan rizki yang halal dan digandakan." Kata Rhoma Irama

Baru-baru ini sebagian masyarakat kembali membicarakan isu level nasional, apa lagi kalau bukan pembahasan Rancangan Undang-Undang Larangan Minuman Beralkohol (RUU Larangan Minol). Entah kelak RUU ini akan disahkan, itu lain persoalan. Jelas pada beberapa lapisan masyarakat, baik penikmat, pengusaha dan pecinta budaya minol ini tentu ada rasa cemas. Semoga keputusan terbaik akan lahir dan tidak timpang terhadap salah satu golongan.

Tentu minol bisa membuat orang mabuk jika dikonsumsi berlebihan. Masalah-masalah mabuk ini sebenarnya tidak bisa diselesaikan dengan satu pandangan saja. Hal ini tentu harus dilihat dari berbagai macam sudut pandang seperti, faktor kesehatan, tradisi, norma sosial, nilai agama dan hukum yang berlaku. Mabuk adalah perkara sulit untuk diselesaikan, karena berbagai macam kalangan menikmatinya.

Sudah turun-temurun pada beberapa daerah tertentu, ketika berkumpul selalu ada minuman beralkohol. Minimal adalah bir. Mungkin tujuannya bukan untuk sampai mabuk, tetapi sebagai teman ngobrol. Bahkan di Kota saya sendiri, ada beberapa warga kampung juga kalau kumpul melakukan hal serupa.

Ada seorang bapak-bapak, panggil saja Mas Sut. Kebetulan Mas Sut ini beragama Islam dan doyan mabuk. Jika adanya bir ia minum bir. Jika minumnya agak mahal (premium) betapa riang hatinya, karena ia hanya sekedar ikut minum apa yang ada. Orangnya tidak pilih-pilih, selagi itu minuman yang bisa bikin mabuk, mungkin ia akan ikut.

Sebagai teman untuk minum, biasanya didaerah saya orang-orang membeli tambur (kacang-kacangan, makanan ringan, dll). Bagi sebagian orang minum bir tentu lebih nikmat ditemani olahan daging. Mungkin daging sapi goreng bumbu bawang putih dan garam sudah terasa nikmat.

Saat minum bir, Mas Sut pernah ditawari tetangga untuk makan daging babi. Dimasak kecap, digoreng kering, atau mungkin diolah seadanya. Dengan tegas Mas Sut menolaknya. Karena menurut kepercayaan ia makan daging babi itu dosa.

"Aku emoh lek tambur e babi"

"Lho, terus pie ga melu ngombe ta mas?"

"O, yo tetep melu lah"

"Gak mangan babi kok ngombe, kan podo-podo dilarange"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun