Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mulai Sekolah Lagi, Daring Lagi?

13 Juli 2020   17:28 Diperbarui: 14 Juli 2020   05:44 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya platform pembelajaran daring yang tersedia tidak serta merta memberi kemudahan, bahkan bisa mendatangkan kebingungan. Di samping sebagian besar guru dan siswa belum akrab dengan dengan media-media tersebut, juga paradigma yang dibawa masih belum berubah. Akhirnya pembelajaran cenderung monoton, terlalu banyak beban tugas dan tidak menghadirkan pembelajaran bermakna. 

Hal ini tentu harus diminimalisir dengan mengupgrade kemampuan guru dan mengubah paradigmanya. 

Kedua, masalah disiplin peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh dapat dikatakan pembelajaran setengah ghaib. Guru tidak bisa mengontrol penuh aktivitas peserta didik dalam belajar. Bisa jadi peserta didik tidak mengikuti sepenuhnya kegiatan pembelajaran. 

Di sini perlu peran serta orang tua untuk ikut membantu menumbuhkan kedisiplinan anak-anaknya. Di samping itu perlu keterlibatan pakar di bidang perilaku atau behaviour, untuk membentuk perilaku belajar jarak jauh yang kondusif. 

Ketiga, masalah biaya. Pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sistem daring salah satunya, membutuhkan biaya untuk membeli perangkat lap top atau hp yang support terhadap teknologi terkini. 

Untuk pembelian perangkat, mungkin biarlah itu menjadi kewajiban orang tua dengan segala duka dan laranya. Tapi untuk kebutuhan kuota koneksi internet seyogyanya pemerintah mengupayakan akses internet murah dan cepat bagi masyarakat, minimal guru dan pelajar. 

Di Asia tenggara, Indonesia adalah negara termahal ke dua setelah Kamboja dalam penetapan tarif internet. Tarif internet termurah adalah di Singapura kemudian Malaysia. Dari segi kecepatan, Indonesia adalah negara Asia Tenggara yang koneksi internetnya paling lambat kedua setelah Kamboja. Kecepatan maksimal internet Indonesia 200 Mbps. Sementara Singapura yang tercepat mencapai 2 Gbps. Semoga pandemi segera hilang  dan pendidikan kita segera terbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun