Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masikah Anda Salah Paham terhadap Takdir?

5 Juli 2020   09:46 Diperbarui: 5 Juli 2020   14:46 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
transitionofthoughts.com

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ada seorang pencuri yang diadili. Khalifah Umar bertanya kepadanya, "Mengapa kamu mencuri?" Ia menjawab, " Ini sudah ketentuan takdir." Maka Umar memerintahkan untuk dijalankan hukuman (had) padanya dan ditambah 30 cambukan karena ia telah berbohong atas nama Allah. 

Itulah sepenggal kisah pada masa Umar bin Khattab yang menunjukkan  contoh salah paham terhadap takdir. Salah paham terhadap takdir tidak hanya terjadi pada zaman awal Islam. 

Hingga sekarang pun masih banyak manusia yang salah dalam memahami dan mendudukkan takdir. Ada orang yang apa-apa bilangnya takdir. Tapi pernyataan itu bertendensi negatif, yaitu menyandarkan semua keburukan kepada Allah dan tidak mau introspeksi atas kekurang diri.

Ketika ketinggalan pesawat ia berkata, " Itu karena takdir". Ketika tidak lulus sekolah ia berkata, "Itu karena takdir". Ketika tidak bisa bangun di waktu subuh pun ia berkata, " Itu karena takdir". Setelah itu tiada usaha untuk memperbaiki diri. 

Takdir seakan-akan menjadi tameng ampuh bagi orang yang tak mau dipersalahkan. Ujungnya akan membentuk pribadi yang  negative thinking  terhadap takdir, bermental  lemah karena merasa tidak punya pilihan dalam hidupnya. Padahal agama mengajarkan optimisme, mendorong untuk beramal, dan mendorong  etos hidup.

Agama, dalam hal ini Islam juga mendorong umatnya untuk selalu melakukan introspeksi (muhasabah) untuk hari esok yang lebih baik (QS. Al Hasyr,:18 ) 

Suatu ketika, Ka'ab bin Malik mengucapkan salam kepada Rasulullah saw. Beliau tersenyum kecut seraya berkata, "Kemarilah." Ka'ab pun berjalan menuju beliau, lalu duduk di hadapan beliau.

Rasulullah saw kemudian bertanya kepadanya, "Apa yang membuatmu tertinggal?" Bukankah engkau telah membeli kendaraan?" 

Ka'ab menjawab, "Benar, demi Allah, andai aku duduk di hadapan selain engkau, tentu aku dapat mengemukakan alasan yang dapat menghindarkanku dari kemarahannya sebab aku dikaruniai kepandaian bersilat lidah." "Tetapi, demi Allah, andai pada hari ini aku mengatakan suatu kedustaan agar engkau rida kepadaku, niscaya Allah pasti menjadikan engkau marah kepadaku. 

Sebaliknya, jika aku mengatakan apa adanya, tentu engkau akan marah kepadaku. Tetapi, aku benar-benar mengharapkan ampunan dari Allah. Demi Allah, aku tidak punya uzur. Sungguh aku adalah orang yang paling kuat dan mendapat kemudahan pada saat tertinggal dari engkau." 

Mendengar kata-kata Ka'ab tersebut, Rasulullah saw bersabda, "Kamu telah berkata jujur. Maka berdirilah dan tinggalkan aku hingga Allah memutuskan hukuman tentang dirimu." Maka, Ka'ab pun bangkit meninggalkan Rasulullah saw. (H.R. Bukhari dan Muslim) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun