Mohon tunggu...
Rohmat Abdul Qodir
Rohmat Abdul Qodir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM : 21107030052)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM : 21107030052

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belanja Online Dengan Cara Ramah Lingkungan

22 Februari 2022   19:02 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:05 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://pin.it/32YEQRw

Belanja sangat mudah hari ini. Pesatnya perkembangan teknologi  dalam beberapa tahun terakhir sangat memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas apapun melalui sistem online. Perkembangan teknologi ini tentunya membuat masyarakat memiliki kebiasaan baru seperti belanja online. Aktivitas belanja online meningkat  pesat  tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. 

Pertumbuhan ini didukung oleh semakin banyaknya portal dan situs belanja yang sangat memudahkan periklanan dan komunikasi antara penjual dan pembeli, serta metode pembayaran dan pengiriman yang  semakin canggih. Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia sendiri telah tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut untuk beberapa tahun ke depan. 

Menurut Statista, pengguna e-commerce Indonesia  mencapai 139 juta pada 2017 dan meningkat 10,8% menjadi 154,1 juta pada 2018. Saat pandemi Covid19  menyebar ke seluruh dunia, hampir setiap negara memberlakukan pembatasan regional dan aktivitas manusia semakin dibatasi. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan belanja online ini.

 Di Asia Tenggara, dua layanan online yang paling banyak dicari adalah pengiriman makanan dan bahan makanan. Kemudian, secara perlahanlahan jual beli fisik beralih ke sistem online. Selain makanan, pembelian produk kecantikan dan pakaian juga meningkat selama pandemi. Tidak dapat dipungkiri memang, bahwa adanya bisnis online sangatlah berguna bagi pelaku bisnis kecil seperti UMKM, dan juga membukakan jalan yang luas bagi pebisnis kecilkecilan untuk berani bersaing dengan pebisnis yang sudah besar. 

Peluang terbukanya lapangan pekerjaan juga terbuka luas dan meningkat pesat, seperti fotografer produk, foto model, videografi, script writing, web design, editing, admin online shop, kurir ,dan sebagainya. Semuanya membuka kemungkinan, terutama bagi generasi muda. Generasi muda dapat dengan mudah beradaptasi dengan teknologi baru yang semakin canggih. 

Berbelanja dengan sistem online sepertinya lebih hemat dan ramah lingkungan karena pembeli tidak perlu keluar rumah. Itu secara teoritis benar. Di sisi lain, belanja online juga dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan  sekitar kita.

Dampak Lingkungan dari Belanja Online 

  • Sampah plastik terus meningkat.

Banyak penjual e-commerce menggunakan kemasan plastik sekali pakai, tetapi pembeli tidak memiliki pilihan kemasan  ramah lingkungan lainnya. Berdasarkan hasil survei LIPI, aktivitas belanja online dalam kemasan meningkat sebesar 62% selama pandemi  di DKI Jakarta. Paket belanjanya 96%  dibungkus  plastik  tebal dan dilapisi bubble wrap.

  • Meningkatkan Jejak Karbon

Jejak karbon  adalah emisi total  gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehari-hari seperti karbon dioksida, metana, nitro oksida, dan gas fluorokarbon, yang  dapat menyebabkan pemanasan global. Salah satu studi yang  sedang berlangsung adalah menganalisis jejak karbon dari transportasi jarak jauh dari produk ini. Survei dilakukan pada tiga  saluran bisnis, antara lain toko fisik, toko online, dan pemain murni (real online seller). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun