Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pintar Akademik, Pinter Cari Uang Halal

14 Mei 2022   12:03 Diperbarui: 14 Mei 2022   12:20 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Paradigma masyarakat pada umumnya yang dimaksud pintar adalah pintar secara akademik lebih khusus pintar dalam IQ. Kepintaran non akademik atau EQ & SQ bukan merupakan definisi kepintaran yang dimaksud masyarakat. Bagi anggapan mayoritas murid, murid cerdas adalah yang pandai eksak (matematika, fisika, ekonomi) bukan yang pandai seni, olahraga dan melawak.

Kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan belajar dari pengalaman dan ilmu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tolak ukur kecerdasan tidak hanya dinilai dari kecakapan logikanya, tetapi juga bisa dari kemampuan lainnya yang disebut sebagai kecerdasan majemuk. 

Dijelaskan dalam Teori Kecerdasan Majemuk oleh Howard Gardner, Psikolog dan Profesor di Harvard University, dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Bahwa IQ bukan satu satunya tolak ukur kecerdasan. 9 jenis kepintaran atau kecerdasan itu adalah Kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, spasial-visual,  kinestetik-jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, naturalis & eksistensial. (Alodokter.com)

Memang beberapa orang idealis kepintaran akademik bukan bertujuan untuk mencari uang tapi supaya bermanfaat bagi sesama, yang kita bahas adalah yang realistis, pintar akademik untuk orientasi uang, Apakah yang pintar secara akademik pasti pintar cari uang (halal) ? hal ini tidak berlaku mutlak. Artinya tidak pasti yang pintar secara akademik, pintar cari uang halal (bisa melakukan akselerasi dan akumulasi aset dalam waktu terbilang cepat).

Korelasinya dengan "kenapa banyak sarjana/magister (dianggap pintar secara akademik), beberapa masih luntang luntung cari kerja (uang halal)?" faktornya ada banyak, salah satunya :

- kelebihan sarjana dibandingkan lapangan pekerjaan. (Antara jumlah sarjana dengan lapangan pekerjaan tidak seimbang, jauh lebih banyak sarjana, dampaknya banyak yang tidak kerja sesuai jurusan atau malah pengangguran)

- soft skill, relasi, dan attitude yang kurang

- kualifikasi yang tidak sesuai dengan industri/bursa lapangan kerja

Dikota-kota besar yang kompetisi sangat terasa, kalau tidak produktif (menghasilkan uang) akan tertinggal. Cari uang halal lebih lama prosesnya jika tanpa privilege. Bagi orang-orang tanpa privilege dan menyerah pada nasib (karyawan), biasanya akan bekerja pada orang yang memiliki privilege modal dan memiliki kualifikasi yang mumpuni (boss). Dan jika karyawan terlalu ditekan oleh boss akan terjadi Boreout Syndrom : Kejenuhan kronis akibat pekerjaan yang monoton atau repetitif yang berdampak pada stress, depresi dan kecemasan. Sehingga work life balance tidak tercapai. Lebih parah bisa terjadi Perbudakan modern yaitu jenis perbudakan yang umumnya dilakukan untuk melakukan ekspolitasi secara ekonomi. 

Saya tutup dengan sebuah kutipan terkenal yang mengatasnamakan Albert Einstein, “if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid”. Setiap orang jenius dibidangnya, jadi tak perlu rendah diri (minder/insecure). Ada beberapa kejeniusan yang memang realita dilapangan tidak menghasilkan uang banyak sehingga banyak yang pragmatis bekerja tidak sesuai passion dan jurusan kuliah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun