Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harmoni dalam Keberagaman: Sejarah Hubungan Buton dengan Seram

28 Maret 2025   23:39 Diperbarui: 28 Maret 2025   23:50 6734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Tahoku (Sumber: Abd Rahman Hamid, 2024)

La Sampela, yang juga dikenal dengan gelar Kapita Pela, adalah seorang tokoh Buton yang terkenal karena keberhasilannya membebaskan kaumnya dari gangguan orang Alifuru, penduduk asli Pulau Seram. Kisah kepahlawanannya telah lama hidup dalam ingatan masyarakat Buton di Seram Barat, diwariskan secara turun-temurun. Abd Rahman Hamid, salah seorang pewaris cerita itu, sering mendengar kisah heroik La Sampela dari kakeknya, Hamid, di Dusun Temi, serta pamannya di Dusun Talaga.

Seperti halnya La Ode Wuna, La Sampela berasal dari Wuta Wolio dan akhirnya tiba di pesisir barat Pulau Seram. Di sana, ia menetap dan membuka kebun di Tanjung Sial. Saat itu, masyarakat Buton di wilayah pesisir sering mengalami gangguan dari orang Alifuru. Salah satu pemimpin Alifuru yang paling ditakuti adalah Kapitan Mursego. Julukan "Mursego" (dalam bahasa Maluku-Ambon berarti kelelawar atau kalong) diberikan karena kemampuannya melompat ke puncak pohon besar yang tinggi dan menggantungkan diri layaknya seekor kelelawar.

Suatu hari, rombongan Kapitan Mursego menuju Tanjung Sial untuk melaksanakan ritual. Namun, sebelum tiba di tempat upacara, mereka dihadang oleh sebuah kebun luas yang dikelilingi pagar tinggi. Untuk mencapai lokasi ritual, mereka harus melewati pagar tersebut. Melihat jalannya terhalang, Kapitan Mursego menjadi marah.

Saat itu, La Sampela sedang berada di kebun. Tiba-tiba, Kapitan Mursego menyerangnya, tetapi serangan itu berhasil ditangkis. Pertarungan sengit pun tak terhindarkan. Kapitan Mursego memiliki keunggulan karena setiap kali menyerang, ia bisa melompat ke atas pohon tinggi dan menggantung di sana seperti kelelawar. Hal ini semakin memicu kemarahan La Sampela. Dengan penuh amarah, La Sampela mencabut semua pohon besar di sekitarnya, membuat Kapitan Mursego kehilangan tempat berlindung.

Dalam satu serangan, Kapitan Mursego jatuh tersungkur. Saat La Sampela hendak menghabisinya, Kapitan Mursego segera menyatakan diri kalah dan memohon agar nyawanya diampuni. La Sampela menerima permohonan tersebut dengan satu syarat: Kapitan Mursego dan pengikutnya tidak boleh lagi mengganggu orang Buton di pesisir maupun di tempat lain.

Kesepakatan pun tercapai, dan keduanya mengucapkan sumpah bahwa: 

Sejak saat itu, mereka serta keturunan mereka tidak boleh saling membunuh atau menyakiti. Dalam ikatan persaudaraan ini, Kapitan Mursego menghormati La Sampela sebagai kakak, sementara La Sampela menganggap Kapitan Mursego sebagai adik. 

Dalam budaya Maluku, hubungan semacam ini dikenal sebagai pela-gandong, yaitu ikatan persaudaraan antara dua kelompok yang sebelumnya bermusuhan. Melalui pela-gandong, permusuhan berakhir dan berubah menjadi hubungan persaudaraan yang penuh kesetiaan.

Pelabuhan Tahoku, pangkalan utama kapal-kapal dari pantai barat Seram yang dihuni mayoritas keturunan Buton (Abd Rahman Hamid, 12/2025)
Pelabuhan Tahoku, pangkalan utama kapal-kapal dari pantai barat Seram yang dihuni mayoritas keturunan Buton (Abd Rahman Hamid, 12/2025)

Dua kisah di atas menggambarkan dinamika hubungan antara orang Buton dan penduduk asli Pulau Seram (Alifuru), yang selalu diawali dengan pertarungan sebelum akhirnya mencapai titik perdamaian.

Dalam kisah pertama, setelah kesaktiannya diketahui, La Ode Wuna diajak ke Negeri Sahulau dan diangkat menjadi raja di sana. Kisah ini sarat dengan nuansa kekuasaan, di mana seseorang yang awalnya dianggap asing justru mendapatkan posisi penting di negeri yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun