Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Membongkar Mitos Kuliah (1)

6 Desember 2022   11:21 Diperbarui: 11 Desember 2022   21:00 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menamatkan pendidikan program doktor di Universitas Indonesia (2019), saya makin yakin bahwa kuliah harus punya banyak tabungan adalah Mitos.

Saat pertama kali saya mendaftar kuliah di kampus besar ini, Universitas Indonesia (UI), banyak orang mengira bahwa saya punya banyak tabungan, kalau ditaksir ratusan juta rupiah. 

Tak jarang, ada yang bertanya kepada saya, "berapa saving dana Anda untuk (berani) kuliah di UI?". Saya sulit menjawabnya, karena saya tidak punya tabungan sampai ratusan juta rupiah. 

Bahkan, seingat saya, tabungan saya tak pernah sampai seperempat dari seratus juta. Bahkan, kadang saya meminjam (hutang) kepada kerabat dan sahabat, tetapi tidak pernah sampai lima juta rupiah; jika kekurangan biaya studi.

Saya juga tidak pernah mendapat beasiswa reguler selama masa kuliah (2013-2019).

Saya kontrak di sebuah kamar kecil di Kelurahan Kukusan (Gang H.M. Firdaus) Beji Depok, dengan sewa mulai 350 sampai 600 ribu per bulan. Sewa tersebut naik setiap tahun.

Pada tahun pertama dan awal tahun kedua, hampir setiap bulan saya pulang-pergi Makassar - Jakarta - Depok. Rata-rata dua atau tiga kali sebulan. 

Tiket pesawat pulang-pergi antara dua sampai tiga juta, ketika harga tiket normal. Pada akhir atau awal tahun, harga tiket sering melambung tinggi, bisa mencapai empat juta pulang-pergi. 

Sudah barang tentu, saya mencari harga yang paling murah. Syukurlah, saya punya langganan travel (Mekar Jaya - Makassar) sejak 2013, dan saya selalu minta dicarikan harga tiket yang paling murah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Tak jarang, bila kuliah batal atau dipindah waktu nya, karena alasan tertentu, saya harus tinggalkan bandara dan kembali ke rumah atau batal ke bandara Sultan Hasanuddin Makassar, alias batal ke Jakarta, dengan tiket PP yang sudah saya beli. 

Walhasil, tiketnya hangus. Maklum, pada tahun pertama sampai ketiga, saya belum paham soal proses pengembalian dana jika batal terbang.

Karena tuntutan pekerjaan, sebagai Koordinator Wilayah Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial RI di Provinsi Sulawesi Selatan.

Sering kali saya ke Depok ikut kuliah dengan penerbangan pertama (jam 5 atau jam 6 pagi) dan kembali lagi pada malam hari dengan penerbangan terakhir dan tiba di Makassar pada dini hari. Itu terutama jika ada kunjungan pejabat negara ke Sulsel untuk kegiatan PKH.

Pada tahun ketiga, setelah Ujian Proposal Disertasi, saya ke Depok satu sampai dua kali per dua bulan.

Pada tahun keempat dan kelima, hampir sekali tiap bulan saya ke Depok untuk bimbingan dengan pembimbing (promotor atau kopromotor).

Paling lama tiga sampai empat hari saya di Depok, dan sering kali hanya satu sampai dua hari. Biasanya, setelah bimbingan pagi atau siang, saya langsung ke Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta sore hari untuk kembali ke Makassar.

Setiap kali pulang dari Depok, saya membawa beberapa buku yang saya beli untuk bahan kuliah atau bacaan penunjang kuliah. Sering kali anak saya bilang begini, "bapak ini bawa buku terus kalau dari Depok", paling saya jawab, "karena bapak adalah anak sekolah [kuliah]"

Setiap kali ke toko buku Gramedia Depok atau toko buku kecil di kampus (Cak Tarno), saya membeli minimal satu buku. Belum lagi copy-an sejumlah buku koleksi perpustakaan Universitas Indonesia, juga belanja buku di lorong jalan masuk kampus (searah Gang Kober).

Kalau dihitung secara matematik, pengeluaran di atas lebih besar dari pendapatan saya.

Mungkin itulah kemudahan dari Allah SWT bagi saya dalam proses studi.

Depok, Minggu 27 Januari 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun