Setelah menamatkan pendidikan program doktor di Universitas Indonesia (2019), saya makin yakin bahwa kuliah harus punya banyak tabungan adalah Mitos.
Saat pertama kali saya mendaftar kuliah di kampus besar ini, Universitas Indonesia (UI), banyak orang mengira bahwa saya punya banyak tabungan, kalau ditaksir ratusan juta rupiah.Â
Tak jarang, ada yang bertanya kepada saya, "berapa saving dana Anda untuk (berani) kuliah di UI?". Saya sulit menjawabnya, karena saya tidak punya tabungan sampai ratusan juta rupiah.Â
Bahkan, seingat saya, tabungan saya tak pernah sampai seperempat dari seratus juta. Bahkan, kadang saya meminjam (hutang) kepada kerabat dan sahabat, tetapi tidak pernah sampai lima juta rupiah; jika kekurangan biaya studi.
Saya juga tidak pernah mendapat beasiswa reguler selama masa kuliah (2013-2019).
Saya kontrak di sebuah kamar kecil di Kelurahan Kukusan (Gang H.M. Firdaus) Beji Depok, dengan sewa mulai 350 sampai 600 ribu per bulan. Sewa tersebut naik setiap tahun.
Pada tahun pertama dan awal tahun kedua, hampir setiap bulan saya pulang-pergi Makassar - Jakarta - Depok. Rata-rata dua atau tiga kali sebulan.Â
Tiket pesawat pulang-pergi antara dua sampai tiga juta, ketika harga tiket normal. Pada akhir atau awal tahun, harga tiket sering melambung tinggi, bisa mencapai empat juta pulang-pergi.Â
Sudah barang tentu, saya mencari harga yang paling murah. Syukurlah, saya punya langganan travel (Mekar Jaya - Makassar) sejak 2013, dan saya selalu minta dicarikan harga tiket yang paling murah.