Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Di Udara Kita Jaya dan Antisipasi ASEAN Open Sky 2015

18 Februari 2012   02:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:31 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13295333081217488766

Ekspansi bisnis penerbangan Indonesia memang luar biasa pesatnya. Di kala negara-negara maju di Eropa dan Amerika sedang digerogoti krisis ekonomi dan keuangan hingga membuat bisnis penerbangan mereka "senin-kemis", tak begitu dengan Indonesia. Bisnis penerbangan Indonesia memang sedang naik daun dan menjadi primadona bagi pabrik-pabrik pesawat di Eropa dan Amerika Serikat. Indonesia merupakan harapan buat mereka. Indonesia telah membuat industri mereka kembali semarak. Lihatlah Boeing, pabrik pesawat yang bermarkas di Seattle-Amerika Serikat itu bisa tersenyum sumringah setelah Lion Air menandatangani perjanjian pembelian pesawat dengan maskapai penerbangan Boeing Co tersebut senilai US$22,4 miliar atau sekitar Rp195 triliun di bulan November 2011. Tak tanggung-tanggung memang, Lion Air langsung pesan 230 pesawat Boeing. Begitu fantastisnya pembelian tersebut, sampai-sampai Presiden Amerika Serikat Barack Obama turut serta menyaksikan penandatanganan tersebut. Bahkan dalam acara Singapore Airshow 2012 di Changi kemarin, Lion kembali menambah pesanan tersebut menjadi 261 unit pesawat, yang terdiri dari pesawat jenis Boeing, jet Hawker 900XP, hingga pesawat ATR. Garuda pun tak mau ketinggalan, maskapai milik negara itu juga membeli enam pesawat Bombardier CRJ1000 jet seharga 297 juta dollar AS dengan opsi tambahan 18 lagi di Singapore Airshow 2012. Selain Lion dan Garuda, militer Indonesia pun menyepakati kontrak senilai US$325 juta dengan Airbus Militer untuk pembelian pesawat C-295 yang akan digunakan Angkatan Udara untuk keperluan logistik, penanggulangan bencana, dan bantuan kemanusiaan. Wajarlah kalau nama Indonesia menjadi bahan pembicaraan atau buah bibir di ajang pameran dirgantara terbesar di Singapore itu karena maskapai asal Indonesia-lah yang paling banyak melakukan pembelian pesawat. Dan wajar pula kalau semboyan "Jalesveva Jayamahe" atau "di laut kita jaya" bakal tergeser dengan semboyan "di udara kita jaya". Bisnis penerbangan Indonesia memang menuju kejayaan dibanding dengan negara lain. Pangsa pasar yang besar dengan wilayah kepulauan yang luas merupakan salah satu faktor yang membuat bisnis penerbangan kita maju dan cukup menjanjikan. Namun, maskapai penerbangan Indonesia perlu mewaspadai pemberlakuan Asean Open Sky Policy tahun 2015 kelak. Apabila yang diraih sekarang tak diantisipasi atau tak diikuti dengan peningkatan pelayanan, di tahun 2015 itu bisnis penerbangan kita bisa digeser oleh penerbangan asing yang memiliki track record yang baik dalam hal pelayanan. Bayangkan, saat kebijakan udara terbuka ASEAN berlaku, maskapai asing seperti Singapore Airlines, Malaysia Airlines, hingga Thai Airways bisa terbang dari Jakarta-Yogya, Jakarta-Denpasar, Medan-Jakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Bagi konsumen Indonesia tentu kebijakan Asean Open Sky sangat menguntungkan karena tersedia banyak pilihan penerbangan. Apalagi Indonesia memiliki bandara internasional terbanyak dibanding negara-negara ASEAN lainnya yang rata-rata cuma punya dua bandara. Bagi maskapai asing, Indonesia merupakan pasar yang gemuk. Apabila penerbangan nasional tak memiliki standar pelayanan dan keselamatan yang baik di tahun 2015 tersebut, siap-siaplah menggali kuburnya sendiri, konsumen Indonesia akan lebih memilih penerbangan asing yang lebih safety dan friendly ketimbang penerbangan nasional yang amburadul. Jadi, sungguh sia-sialah pembelian pesawat dengan jumlah dan harga yang fantastis tersebut kalau Lion Air, Garuda, maupun penerbangan nasional lainnya tak memiliki standar pelayanan, operasional, dan keselamatan yang baik dan setara dengan penerbangan asing yang sudah diakui dunia. Apalagi dunia penerbangan Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan internasional gara-gara pilot Lion Air yang tertangkap menggunakan sabu-sabu. Tak hanya Lion yang kena imbasnya dari kasus tersebut, penerbangan nasional lain pun ikut-ikutan kena imbas berantainya. Jangan sampai pesawat-pesawat yang sudah dibeli dalam jumlah banyak itu tak ada penumpangnya, dan hanya menjadi seonggok besi tua raksasa di parkiran bandara. Sumber gambar: JetPhotos.net

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun