Pernah kebayang gimana ribuan ompreng makanan anak sekolah bisa sampai ke tangan mereka setiap pagi, masih hangat, dan rasanya tetap enak? Di balik semua itu, ada kerja keras tim dapur MBG (Menu Bergizi) yang ternyata jauh lebih kompleks dari yang kelihatan. Gue dan tim sempat datang langsung ke dapurnya dan ngobrol sama dua pengelolanya, Bu Ita Roshita, S.Gz, dan Pak Niki Nugraha Hambali. Dari situ, banyak banget hal menarik yang gue temuin soal sistem kerja, tantangan, sampai cara mereka menjaga kualitas makanan tiap harinya.
MBG didirikan dengan tujuan menyediakan makanan bergizi, higienis, dan seimbang untuk anak-anak sekolah di Bandung. Program ini pengin bantu anak-anak punya pola makan sehat tanpa ngerasa dipaksa. Sekarang, MBG udah nyuplai sekitar 3.600 porsi makanan setiap hari ke berbagai sekolah seperti SMA 1 Bandung, Pasundan 8, Pasundan 2, SD dan SMP Advent, Cipaganti, Persirant, TK Quran Cipaganti, Raudatul Irfan, serta SLB Cipaganti.
Alamat dapur MBG: Dapur MBG Slamettiga, Jl. DR. Slamet No.3, Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40131
Setiap pagi, suasana dapur MBG selalu sibuk. Sekitar pukul sepuluh, para karyawan mulai masak dan menyiapkan bahan makanan. Menjelang subuh, semua makanan udah harus siap untuk diantar. Total ada 47 orang yang bekerja di dapur ini, mulai dari chef, asisten lapangan, sampai sopir pengantar. Satu mobil Grandmax bahkan bisa membawa hingga 630 ompreng ke sekolah-sekolah setiap harinya. Bahan makanan disimpan terpisah; bahan kering seperti beras dan bumbu ada di gudang khusus, sementara sayur dan buah disimpan di ruangan pendingin agar tetap segar.
Untuk urusan menu, MBG punya standar dari BGN pusat. Menu disusun bareng ahli gizi dan chef supaya gizinya seimbang, tampilannya menarik, dan sesuai dengan budget sekolah. Harga satu porsi untuk siswa SMA sekitar sepuluh ribu rupiah, sedangkan untuk SD dan TK delapan ribu rupiah. Sebelum makanan dikirim, setiap pagi diadakan uji rasa. Semua makanan dinilai dari rasa, warna, aroma, dan tampilannya. Menariknya, anak-anak sering kasih catatan kecil di ompreng, semacam surat cinta, kalau mereka suka sama menu hari itu.
Selain menyiapkan makanan bergizi, MBG juga memperhatikan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sejak awal kerja sama, pihak sekolah sudah memberikan daftar alergi dan pantangan makanan tiap siswa. Misalnya, beberapa anak autis di SLB nggak makan gluten, ada juga yang alergi kasein atau susu sapi, dan siswa dari sekolah Advent tidak makan ikan dori sehingga diganti dengan ayam. Semua penyesuaian itu dilakukan supaya tiap anak tetap bisa makan dengan nyaman tanpa khawatir.
Soal makanan sisa, MBG punya sistem perhitungan yang ketat. Setiap hari mereka ngitung kebutuhan bahan berdasarkan berat bersih, tapi biasanya dilebihkan sekitar lima sampai sepuluh persen untuk jaga-jaga kalau ada bahan yang rusak. Kalau ada sisa buah seperti stroberi atau jeruk yang masih bagus, biasanya dipakai lagi buat stok besoknya. Tapi kalau kondisinya udah nggak layak, langsung dibuang tanpa kompromi.
Evaluasi juga jadi bagian penting dari rutinitas MBG. Setiap hari, minggu, dan bulan, tim dapur selalu bikin laporan untuk memastikan semuanya berjalan sesuai standar. Feedback dari guru dan siswa juga diperhatiin banget. Kalau ada masukan soal rasa, porsi, atau menu, tim langsung bahas bareng-bareng di rapat pagi.
Secara keseluruhan, program MBG punya banyak hal positif. Dari cara mereka nyusun menu yang melibatkan ahli gizi, uji rasa harian yang konsisten, sampai perhatian terhadap anak-anak dengan kebutuhan khusus. Distribusi makanannya juga teratur dan cepat. Tapi di sisi lain, masih ada beberapa hal yang bisa dikembangkan, seperti pengelolaan sisa bahan makanan dan penambahan armada pengantar karena satu mobil Grandmax kadang belum cukup buat jangkauan yang lebih luas. Selain itu, MBG juga belum melayani kelompok ibu hamil dan menyusui, padahal segmen itu juga penting dalam program gizi masyarakat.
Walau begitu, satu hal yang jelas: MBG serius dengan apa yang mereka kerjakan. Dari dapur yang sibuk tiap pagi sampai evaluasi yang rutin dilakukan, semuanya dilakukan dengan satu tujuan  memastikan anak-anak di sekolah makan makanan yang sehat, aman, dan bergizi. Program ini nunjukin kalau nyediain makanan sehat buat ribuan anak bukan hal yang mustahil, asal ada niat, disiplin, dan kerja tim yang solid.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI