Mohon tunggu...
Bayu Sukma
Bayu Sukma Mohon Tunggu... Guru Private yang suka Menulis

Freelencer, blogger, and Writer. For inquiries contact me sukmabayu4648[at]gmail[dot]com I opiniku14.wixsite.com/abay

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makna Parenting dalam Al Quran

22 Mei 2025   11:55 Diperbarui: 22 Mei 2025   12:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Buku Parenting

Makna Parenting dalam Tafsir Al-Qur'an
Parenting dalam Islam adalah amanah suci yang dititipkan Allah kepada orang tua. Al-Qur'an tidak hanya memberikan petunjuk tentang akidah dan ibadah, tetapi juga memberikan pedoman pengasuhan anak yang sarat nilai spiritual dan moral. Melalui kisah para nabi dan tokoh hikmah seperti Luqman, kita menemukan fondasi penting dari konsep pengasuhan yang Qurani: mendidik dengan cinta, hikmah, dan tujuan akhirat.
1. Tarbiyah: Dasar Konseptual Parenting dalam Islam Konsep tarbiyah berasal dari kata kerja -- yang bermakna menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan secara bertahap. Allah disebut sebagai Ar-Rabb karena Dia adalah pemelihara dan pendidik seluruh makhluk.
QS. Al-Isra (17): 24 وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Wa qul rabbirḥamhumā kamā rabbayāni ṣaghīrā
"Dan ucapkanlah: 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku ketika aku kecil.'"

Wa qul = dan katakanlah,
Rabbiramhum = Tuhanku, kasihilah mereka berdua,
Kam = sebagaimana,
Rabbayni = mereka berdua telah mendidikku,
aghr = ketika aku kecil.


Tafsir Parenting:
Ayat ini mengajarkan bahwa tarbiyah orang tua adalah wujud kasih sayang yang sangat dalam dalam mendidik dan membimbing anak sejak kecil. Karena itu, anak diperintahkan untuk selalu mendoakan mereka dengan penuh rasa syukur, sebagai penghargaan atas pengorbanan dan cinta yang tiada henti. Doa anak menjadi cermin dari pentingnya tarbiyah dalam Islam, yang menguatkan ikatan kasih dan membentuk karakter mulia.
2. Parenting dalam Kisah Luqman al-Hakim Kisah Luqman dalam Surah Luqman ayat 12--19 adalah salah satu model parenting terbaik dalam Al-Qur'an. Luqman tidak hanya menyampaikan pesan, tapi juga menunjukkan metode komunikasi bijak, spiritual, dan logis.
QS. Luqman (31): 17


يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Yā bunayya aqimiṣ-ṣalāh, wa’mur bil-ma‘rūfi wanha ‘anil-munkar, waṣbir ‘alā mā aṣābaka, inna żālika min ‘azmil-umūr
"Wahai anakku! Dirikanlah shalat, suruhlah (manusia) berbuat yang baik dan cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."

Makna Per Kata:
Ya bunayya = wahai anakku,
Aqimi-alh = dirikanlah shalat,
Wa'mur bil-ma'rf = suruhlah berbuat baik,
Wanha 'anil-munkar = cegahlah dari kemungkaran,
Wabir 'al m abaka = dan bersabarlah atas apa yang menimpamu,
Min 'azmil-umr = termasuk hal-hal yang diwajibkan.
Tafsir Parentingnya:
Dalam tafsir Al-Qurub, tarbiyah yang diberikan Luqman kepada anaknya memiliki makna yang sangat mendalam dan menyeluruh. Berikut inti tarbiyah yang beliau tanamkan:
1.Ketauhidan sebagai Pondasi
Luqman mengajarkan bahwa hanya Allah yang Maha Esa dan layak disembah. Ini menjadi landasan jiwa anak agar selalu terhubung dengan Sang Pencipta.
2.Ibadah sebagai Bentuk Kedekatan dengan Allah
Ibadah bukan sekadar rutinitas, tapi sarana memperkuat hubungan spiritual, menumbuhkan rasa syukur dan ketenangan hati.
3.Akhlak Mulia sebagai Cermin Kepribadian
Nilai-nilai moral luhur diajarkan agar anak tumbuh menjadi pribadi santun, jujur, dan penuh kasih sayang.
4.Keteguhan dalam Menghadapi Ujian Hidup
Luqman menguatkan mental anak agar sabar dan tabah, tidak mudah goyah menghadapi tantangan hidup.
Tarbiyah seperti inilah yang membentuk karakter anak secara holistik, lahir dan batin. Parenting Islami seperti ini mencetak insan beriman, bijaksana, dan berakhlak mulia---fondasi masa depan yang gemilang.
3. Kisah Nabi Ya'qub dan Yusuf: Parenting dengan Empati dan Doa Nabi Ya'qub memberikan teladan pengasuhan yang sabar, tidak panik, dan selalu menggantungkan harapan kepada Allah meskipun kehilangan anaknya.
QS. Yusuf (12): 86
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Qāla innamā asykū baṯṯī wa ḥuznī ilallāh, wa a‘lamu minallāhi mā lā ta‘lamūn
"Dia (Ya’qub) berkata: Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui."

Makna Per Kata:
Qla = dia berkata,
Innam = sesungguhnya hanya,
Asyk = aku mengadukan,
Ba = kesusahanku,
Wa uzn = dan kesedihanku,
Ilallh = kepada Allah,
Wa a'lamu = dan aku mengetahui,
Minallh = dari Allah,
M l ta'lamn = apa yang tidak kamu ketahui.
Tafsir Parenting:
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kesedihan Ya'qub bukanlah tanda kelemahan, melainkan cerminan iman yang tulus dan ketergantungan yang mendalam kepada Allah. Ini adalah bentuk tarbiyah emosional yang sangat penting, mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bertawakkal dan tidak pernah kehilangan harapan dalam menghadapi ujian hidup.
1.Ekspresi Iman yang Jujur
Kesedihan Ya'qub menunjukkan betapa manusia boleh merasa sedih, tapi tetap berpegang pada keyakinan bahwa Allah Maha Mengatur.
2.Tarbiyah Emosional yang Membimbing
Dengan menunjukkan perasaan, Ya'qub mengajarkan anak-anaknya untuk mengenali dan mengelola emosi tanpa putus asa.
3.Menguatkan Tawakkal dan Harapan
Anak-anak belajar bahwa dalam kesulitan, menyerahkan segala urusan pada Allah adalah jalan terbaik untuk mendapatkan ketenangan dan solusi.
Tarbiyah seperti ini membantu membentuk jiwa yang kuat, sabar, dan penuh harapan, walau cobaan datang bertubi-tubi.
4. Prinsip Parenting Qurani dalam Tafsir Kontemporer Para mufassir modern menekankan bahwa parenting Qurani harus:
*Membangun iman (akidah)
*Menanamkan akhlak (etika)
*Melatih emosi dan sosial (interaksi sehat)
Hadis Nabi SAW:


كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ...
Kullu maulūdin yūladu ‘alal-fiṭrah...
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah... maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari)

Tafsir Parenting:
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengingatkan kita bahwa anak bukan sekadar titipan duniawi, melainkan amanah ilahi yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab ruhani. Dalam tarbiyah, parenting bukan hanya soal merawat fisik, tapi juga mewariskan nilai-nilai luhur yang menjadi pondasi kehidupan mereka.
1.Anak sebagai Amanah Ilahi
Mereka adalah karunia dari Allah yang memerlukan perhatian dan penjagaan hati serta jiwa, bukan hanya materi.
2.Tarbiyah dengan Tanggung Jawab Ruhani
Pengasuhan yang sejati melibatkan pembentukan karakter dan keimanan, agar anak tumbuh menjadi insan yang bertakwa.
3.Pewarisan Nilai yang Abadi
Orang tua bertugas menanamkan nilai-nilai kebaikan yang menjadi warisan tak ternilai sepanjang hidup.
Parenting seperti ini mengajarkan kita untuk mendidik dengan cinta, kesabaran, dan kesadaran spiritual, agar anak menjadi pribadi mulia yang siap menghadapi dunia dan akhirat.
Jadi...
Parenting dalam pandangan Al-Qur'an adalah misi suci yang lebih dari sekadar mendidik anak agar cerdas atau berprestasi. Ia adalah proses menumbuhkan iman, membentuk karakter, dan menanamkan kesadaran akan Allah sejak dini. Al-Qur'an tidak hanya memerintahkan orang tua untuk mengasuh, tetapi juga memberi teladan bagaimana cara membentuk jiwa anak dengan cinta, keteladanan, dan hikmah.
Dari kisah Luqman yang lembut menasihati, hingga tangis sabar Nabi Ya'qub yang tidak pernah putus berharap kepada Allah, semua itu menunjukkan bahwa parenting adalah ibadah harian yang bernilai abadi. Seorang anak bukan hanya buah hati, tetapi juga ladang pahala dan amanah keabadian.
Maka, menjadi orang tua bukan hanya tentang membesarkan anak---tetapi tentang mempersiapkan generasi yang mengenal Tuhan, mencintai kebenaran, dan mampu menerangi dunia dengan cahaya akhlak mulia.
Anak adalah titipan, bukan milik. Ia datang bukan hanya untuk dibesarkan, tapi untuk menjadi jalan kita menuju surga.
Semoga setiap peluh, nasihat, dan doa yang kita panjatkan menjadi saksi di hari akhir bahwa kita telah mengasuh dengan iman, membimbing dengan harapan, dan mencintai dengan takwa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun