Seolah mereka sedang "rapat" untuk mencari solusi atas permasalahan. Asik berbincang kesana kemari dengan topik yang tidak pernah beranjak. Hanya keluhan saja.
Saya duduk mendengarkan dan menuliskannya sudah hampir setengah jam, namun obrolan mereka malah makin seru. Apa saja diobrolkan dan jadi keluhan.
Berkaca kepada sikap mereka, ada beberapa yang perlu menjadi sorotan.
Kebiasaan ngobrol dengan alasan hanya sekedar melepas lelah bukan lagi solusi praktis. Perlu diingat bahwa teman ngobrol kita apakah akan membawa ke sisi baik atau sebaliknya. Bukan dilarang ngobrol tapi perhatikan sisi baiknya. Hindari munculnya keluh kesah.
Hal apa yang enak diobrolkan pun harus disesuaikan dengan kondisi. Tidak semua kejadian dapat menjadi bahan obrolan. Pilih-pilih bahan akan lebih enak untuk ngobrol, apalagi dalam rangka mencari solusi atas masalah.
Secara pribadi, saya merasa diingatkan akan istri di rumah. Suami bertanggung jawab atas apa yang dilakukan istrinya. Menghindari efek kurang baik dari obrolan adalah edukasi personal yang intens. Jadi teringat ceramah Pak Ustad di Masjid Darussalam, Permata Biru, katanya dalam keadaan apa pun maka gunakan kacamata agama. Semuanya dikembalikan kepada pedoman beragama. Biar didapat obrolan yang menyehatkan pikiran juga hati.
Begitu...ceramah beliau. Setengah jam bersama pedagang di trotoar telah menambah wawasan tentang kegiatan di lapisan masyarakat yang dekat dengan kita. Harapan saya mudah-mudahan hanya sesaat itu saja mereka berbincang. Aamiin.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.