Minum kopi di siang hari sudah hal yang biasa. Kopi dengan tambahan rasa kekinian pun sudah lumrah dan mudah dijumpai. Nah kalau kopi berpadu dengan lahang seperti apa ? Belum lazim ditemukan alias masih sangat jarang.
Sekedar menambah ilmu tentang lahang. Apa itu Lahang ?
Lahang merupakan air nira. Hasil fotosintesis disadap dalam bentuk cair. Memiliki aroma khas tanaman aren dan kandungan gula yang tinggi sehingga perlu diencerkan kalau mau diminum langsung.
Secara turun temurun pada petani aren memanfaatkannya untuk bahan dasar membuat gula aren. Keahlian dan keterampilan pun mereka berikan kepada generasi berikutnya secara non formal.
Google mencatat informasi tentang pohon Aren. Pohon nira atau aren yang memang tumbuh tidak di setiap tempat, memerlukan topografi yang sesuai. Kondisi yang cocok yakni daerah pegunungan, lembah-lembah, dekat aliran sungai, dan di hutan. Adapun suhu membutuhkan sekitar 20 -- 25 C.
Penyadapan air nira ditampung dalam bambu yang berukuran besar. Setelah penyadapan selesai maka bambu penampung diturunkan. Air lahang atau air nira dapat disajikan secara langsung namun karena memiliki kadar gula yang tinggi maka diencerkan sesuai kebutuhan.
Minum air lahang sudah puluhan tahun kebelakang tidak dilakukan. Pedagang air lahang pun sudah hampir tidak ditemukan lagi. Jadi sangat wajar tradisi minum air lahang sudah jarang ditemukan. Apalagi di perkotaan.
Siang itu di acara pernikahan anaknya teman istri ada suguhan minuman air nira. Wow luar biasa. Ini kesempatan emas yang ga boleh disepelekan. Langsung saja menuju tempat kejadian peristiwa. Sebuah mobil yang sudah dimodifikasi khusus untuk jualan minuman.
Aroma khas lahang menyeruak keluar dari dalam mobil. Disajikan dengan es batu. "Lah kok bisa ya !", pikir saya. Kang Sule, saya memanggilnya demikian, menyampaikan alasan mengapa memakai es batu. Es batu sebagai pengganti air untuk pengencer. Rasa manis yang dominan bercampur dengan es batu. Menggunakan gelas kertas kekinian sehingga kesan up to date, dan take away easy.