Peristiwa holiganisme bukan konsumsi negara-negara terbelakang atau negara berkembang. Aksi itu tidak ada hubungan dengan masyarakat maju, modern atau terbelakang karena bisa tejadi di manapun terutama jika terdapat potensi kerusuhan.
Potensi kerusuhan yang dapat memancing aksi holigan dalam sepak bola adalah :
- Mabuk akibat pengaruh alkohol dan juga termasuk mabuk kemenangan
- Kecewa akibat tim pujaannya kalah
- Fanatisme sangat tinggi terhadap tim pujaannya
- Membawa senjata tajam atau senjata berbahaya
- Melampiaskan kekecewaan dengan melakukan vandalisme terhadap obyek lain
- Terikat dalam kelompok atau paguyuban atau organisasi tertentu
Bentuk kekerasan antara lain adalah ujaran kebencian, mengejek, menghina, pelemparan, pembakaran dan serangan fisik terahadap subyek lain.
Kini di sejumlah negara maju telah menyadari kekeliruan dalam holiganisme sepak bola. Pertandingan sepak bola BUKAN perang atau peperangan. Mereka ingin benar-benar menikmati pertandingan sepak bola sebagai sebuah hiburan.
Kini terlihat yang duduk dalam barisan penonton paling depan di stadin adalah orang-orang dewasa, pria atau wanita sudah tua dan mungkin dengan cucu atau anak kecil mereka.
Kondisi ini terbalik dengan apa yang terjadi di tanah air kita, yang paling menguasai terdepan arena adalah suporter, anak remaja dan orang-orang secara fisik sudah dewasa tapi masih seperti -maaf- mirip setengah manusia dalam tingkah laku apalagi cara berpikir.
Mabuk kemenangan apalagi mabuk kekalahan disikapi dengan akal tidak waras. Jika mereka berada dalam jumlah banyak atau bergerombol sudah pasti potensi kekerasan disebutkan dapat terjadi.
Dengan mempelajari potensi terjadinya holiganisme di atas, pihak keamanan dapat melakukan pencegahan awal guna mengeliminir timbulnya aksi serupa di kemudian hari.
abanggeutanyo