Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tri Rismaharini Bukan Pesulap, dari Zaman Reformasi hingga Juliari Kemensos Bertahan di Zona Nyaman

23 Desember 2020   06:49 Diperbarui: 18 Januari 2021   13:06 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pdiperjuangan-jatim.com

Adnan Topan Husodo salah seorang koordinator ICW (mungkin) menilai senada dengan pernyataan penulis sebutkan diatas, mekanismenya dibuat serba cepat sehingga rentan terpapar korupsi.

"Mekanisme yang dibuat untuk mendistribusikan anggaran maupun membelanjakan barang serba cepat sehingga berpotensi terjadi praktik korupsi maupun suap menyuap," ujar Adanan sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Kehadiran Risma dengan seluruh totalitas yang telah mampu membenahi aturan dan kondisi kota Surabaya menjadi tertib dan teratur secara keseluruhan bisa jadi tantangan tersendiri bagi Risma dan seluruh pegawai dalam payung Kemensos dari pusat hingga dinas sosial di seluruh kabupaten dan kota se Indonesia.

Dari sisi jumlah orang yang akan diatur, secara teoritis lebih mudah Risma mengurusi Kemensos dibanding dengan mengurusi jumlah warga kota Surabaya dan petugas di Pemko Surabaya akan.

Tapi meski jumlah orangnya jauh lebih sedikit tantangan besar akan menanti Risma karena budaya kerja dari masa ke masa berupa zona nyaman di setiap sendi dan sektor bagian telah mendarah daging di setiap bagian.

Dari tantangan ini kita akan melihat aksi dan gaya Risma meledak dan menggelegak-gelegak karena (suatu saat) mungkin Risma akan berada pada titik kecewa melihat fakta yang terjadi di sana, kenyataan terlalu berat ia harus membenahi kementerian satu ini.


Risma berusaha mengubah Kemensos melalui nuansa etos kerja baru yang dibawanya dan diyakininya bakal mengubah etos kerja di sana akan tetapi terlalu banyak petugas Kemensos yang tak mampu mengikuti irama tersebut secara sadar atau tidak sadar.

Sebagian kecil karyawan (pegawai) secara sadar menolak gaya kepemimpinan Risma. Kacaunya sistem koordinasi antar bagian adalah salah satu bentuk penolakan scara sadar tersebut. 

Sebagian kecil lainnya secara tidak sadar menolaknya dalam bentuk pergesekan yang kian membuncah di berbagai bagian dan selanjutnya menimbulkan kebosanan atau kejenuhan kerja.

Jika 2 kondisi di atas terjadi maka Risma tidak akan memperoleh kredit poin di lembaga yang ini. 

Risma bukan pesulap yang cuma baca mantera "sim salabim" atau "abrakadbara" maka Kemensos akan berubah secara instan akan tetapi ia akan melakukannya agar terdapat perubahan mendasar di Kemensos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun