Baru seumur jagung "usia" penunjukan 7 milenial sebagai staf khusus presiden Joko Widodo tapi telah menimbulkan banyak kritik daripada sambutan positif.
Fahri Hamzah (FH) wakil ketua umum Partai Gelora menilai penunjukan staf khusus presiden dari kalangan milenial tidak penting karena yang terpenting saat ini adalah peningkatan sektor riil, bukan dunia digital. Oleh karenanya ke tujuh staf milenial itu tidak akan menjawab masalah sesungguhnya yang dihadapi oleh bangsa ini.
Entah paham atau tidak dengan dunia digital yang dimaksudkannya dengan dunia digital yang dimaksudkan dalam era revolusi industri generasi ke empat atau abad 21, FH menegaskan "Digital bukan merupakan persoalan dasar negara ini," ujarnya.
Di tempat terpisah, Made Tony Supriatma, peneliti politik dari ISEAS Yusof Ishak Institute menilai latar belakang penunjukan itu adalah hadiah bagi kawula muda yang telah mendukung Jokowi dalam pilpres 2019. Made meragukan sisi profesionalitas mereka. Made memvonis, "Penunjukan itu tak lebih dari sebuah pencitraan murahan," ujar peneliti tersebut.
Tanggapan konservatif dilontarkan wakilsekjen PAN, Saleh Partaan Daulay. Ia memberi apresiasi penunjukan tersebut karena diangkat dari kalangan milenial. Akan tetapi di sisi lain PAN juga meminta Presiden memberi penjelasan apa tugas dan fungsi mereka emban.
Tak jelas kearah mana maksud sang politkus PAN tersebut minta pejelasan. Yang jelas Kepala Staf kepresidenan pasti telah membuat job description dan job specification untuk setiap staf khusus tersebut sebelum menetapkan orangnya.
Tentu masih banyak kritikan (setidaknya pertanyaan) dari berbagai pihak yang tidak disebutkan dalam tulisan ini. Intinya adalah penunjukan staf kepresiden dari kalangan milenial itu dipersoalkan, dianggap tidak profesional, tidak efisien (organisasi gemuk), tidak penting, tidak mampu berkoordinasi dan lain-lain dugaan mengkerdilkan 7 staf milineal bagaikan 7 anak kancil di rimba raya yang ganas.
Apapun tanggapan dan pandangan negatif para penilai tentu hak mereka menilai. Apakah penilaian itu telah didasari oleh pemahaman yang luas tentang apa latar belakang kritik dan apa tujuan kritik tentu punya keyakinan masing-masing, namanya juga pengamat, analis dan kritikus atau politikus.
Tanggapan positif juga ada tentunya dari pendukung pemerintahan presiden Joko Widodo, antara lain dari politisi PDIP, MUfti Anam. "Langkah tersebut menunjukkan presiden sangat visoner. Bukan 5-10 tahun tetapi 50 -100 tahun ke depan," ujarnya membela setinggi langit.
Sebagai pengingat saja ketika pasangan Jowi- Makruf terlibat dalam pilpres 2019 ada beberapa janji kampanye politik yang digadang-gadang pasangan tersebut. Secara keseluruhan dari banyak janji ada 10 janji yang umum, salah satu diantaranya adalah "Mendorong Industri 4.0," yaitu revolusi industri generasi ke empat.
Dari kalangan milenial inilah diharapkan masukan-masukan sesuai bidangnya masing-masing. Misalnya Adamas Delva Syah Devara, adalah co-founder dan CEO dari startup yang bergerak di bidang pendidikan (edutech) diberi nama "PT. Ruangguru." Perusahaan yang dirintis 5 tahun lalu ini kini telah mempekerjakan 10 ribuan tenaga kerja melalui jasa bimbingan belajar secara online dengan sistem "Bermain sambil Belajar."