Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Review Operasi Patuh 2019, Warga Lawan Razia Polisi Makin Meningkat

18 September 2019   01:50 Diperbarui: 19 September 2019   08:28 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratusan kendaraan kena tilang Operasi Patuh Jaya 2019 di Pasar Minggu, Jakarta Selatan|Sumber: otomotif.kompas.com

Istilah apa yang tepat digunakan untuk menggambarkan sikap dan tingkah laku aneh-aneh masyarakat menyikapi pelaksanaan "Operasi Patuh" (OP) Lalu Lintas di seluruh Indonesia yang telah digelar sejak 29/8/2019 hingga 11/9/2019 lalu?

Jika disebut masyarakat primitif tidak pantas sebab dalam masyarakat primitif justru melekat tingkat kepatuhan yang amat tinggi. Begitu juga pada masyarakat tradisional justru melekat rasa setia yang amat kental pada aturan yang telah diberlakukan pada mereka.

Disebut unik pun tidak tepat karena beberapa kelakuan masyarakat lebih memperlihatkan sikap beringas ketimbang menghibur.

Jika demikian mungkin pantas disebut licik saja meskipun beberapa diantara yang licik itu lebih mirip karakter hewan daripada manusia. 

Perhatikan tingkah laku aneh-aneh sebagian masyarakat menghindari OP atau terkena razia selama 14 hari pelaksanaan operasi patuh di seluruh Indonesia berikut:

  1. Tidak pakai helm, pemotor lolos razia karena pakai pisang di kepala seperti terjadi di Solo pada 3/9/2019
  2. Berusaha kabur dari tangkapan lalu terjatuh bahkan menabrak kendaraan lainnya tidak bersalah
  3. Pengendara tinggalkan motornya dan lari ke sawah seperti terjadi di Banyuwangi pada 8 September 2019
  4. Memutar haluan (jadi salah arah). Fenomena terjadi hampir merata di seluruh kota
  5. Puas merasa lolos dari tangkapan petugas
  6. Pura-pura parkir dipinggir jalan, mengamati dari jauh
  7. Menghardik petugas
  8. Mengeluarkan jurus silat
  9. Komat-kamit membaca mantera atau doa
  10. Menangis atau terharu
  11. Mengancam Polantas duel atau berkelahi
  12. "Kerja sama" apik dan spontan sesama pengendara mengingatkan pengendara sedang melaju akan ada "bahaya" razia (di depan)
  13. Tabrak polisi seperti terjadi Bandung dan baru terjadi di Pasar Minggu Senin 16/9/2019 pada operasi gabungan Polisi - Dishub

Meski tidak semua fenomena di atas dapat disebut licik tapi beberapa diantaranya dapat disimpulkan demikian.

Ancaman Polisi mengejar pelanggar yang berbalik arah tidak membuat nyali pengendara surut berbalik arah menghindari kejaran petugas. Razia di lakukan di jalan alternatif dan sempit pun tidak membuat pengendara kehilangan akal menembus jalan tikus meski berlawanan arah dan membahayakan pengendara lain.

Melihat sejumlah fenomena di atas memberi pesan serius, tampaknya masalah tertib lalu lintas bukan sebuah kebutuhan bagi sebagian masyarakat sebab pelanggaran sudah terjadi secara TSM (terstruktur, sistematis dan massal atau masif). 

Mobil pelat merahToyota Fortuner milik salah satu anggota dewan Sumbar terjaring razia Operasi Patuh di Pekanbaru, Riau pada 3/9/2019 karena memakai plat hitam. Gambar : sindonews.com
Mobil pelat merahToyota Fortuner milik salah satu anggota dewan Sumbar terjaring razia Operasi Patuh di Pekanbaru, Riau pada 3/9/2019 karena memakai plat hitam. Gambar : sindonews.com
Terstruktur karena pelanggaran lalu lintas terjadi di setiap strata masyarakat. Pelaku pelanggaran tidak saja berasal dari pemuda berandalan atau preman kambuhan tetapi dilakukan pejabat misalnya anggota dewan seperti terlihat pada gambar utama artikel ini.

Sistematis karena pelanggaran yang kerap terjadi itu tidak dianggap lagi sebagai sebuah kesalahan melainkan sebuah hal yang biasa. 

Contoh melawan arus untuk berbelok ke rumah sendiri dianggap hal yang biasa, padahal insiden lalu lintas dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja tidak mengenal seseorang dekat atau jauh dari tempat (potensi) kecelakaan. 

Disebut masif karena pelanggaran lalu lintas sudah terjadi sangat sering dan pelakunya sudah sangat banyak, sangat lazim terlihat di mana-mana dalam satu tempat peristiwa.

Pelaksanaan OP yang selesai digelar Polda Metro Jaya baru-baru ini memperlihatkan jumlah kejadian yang mencengangkan. Pelanggar kena tilang naik 44.447 menjadi 114.673 pelanggar kena tilang. Tahun 2018 lalu 70.226 pelanggar, jadi terjadi pertumbuhan pelanggaran signifikan. Naiknya 63%. Wow!

Jumlah kendaraan kena tilang sebanyak 84.750 unit roda dua dan 29.923 kendaran roda empat atau lebih.

SIM yang disita 55.817 lembar dan STNK disita 58.627 lembar. Artinya pelanggar membawa SIM dan STNK hampir seimbang mencapai 55 ribu atau 58 ribuan orang, apalagi yang tidak membawa SIM dan STNK atau keduanya? 

Pelaksanaan operasi Patuh di Sumatera Utara pun menunjukkan peningkatan kasus. Hingga hari ke 5 Operasi Patuh Toba jumlah kendaraan melakukan pelanggaran tahun ini naik 69,025% dari tahun lalu yang hanya 2.068 perkara. 

Penilangan juga naik 51,06% dari tahun lalu yang hanya 1.786 perkara, sebagaimana dikutip dari Kitakini edisi 31/8/2019.

Kompas edisi 29 Agustus 2019 mencatat 12 target pelanggaran lalu lintas dalam Operasi Patuh Jaya. Beberapa di antaranya adalah melawan arus, kendaraan yang memasang rotator dan/sirine yang bukan peruntukannya, kendaraan yang tidak dilengkapi perlengkapan standar, dan kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan layak jalan (tentang ini juga masih terjadi silang pendapat pengendara dan polantas)

Apapun jenis pelanggarannya, 55 puluh ribuan pelanggaran yang SIM dan STNK-nya telah disita memperlihatkan setiap hari di atas permukaan jalan Jakarta pantas lalu lintas Jakarta rentan terjadi pelanggaran dalam berbagai bidang. 

Bagaimana jika pelanggaran itu dilakukan 114 ribuan orang disebutkan di atas? Sangat berat beban warga Jakarta memikul dampak ratusan ribu pelanggar lalu lintas setiap hari bergelinding di atas jalan Jakarta.

Apa alasan dibalik liciknya masyarakat kita khususnya pengguna jalan raya tentu ada sebab-sebabnya. Salah satunya sebab paling klasik adalah masalah ekonomi. 

Alasan lainnya bisa saja khawatir menghadapi besarnya denda tilang. Tidak memiliki SIM misalnya akan kena denda tilang 1 juta rupiah atau kurungan 4 bulan penjara.

Apapun latar belakangnya kelicikan itu menghadirkan perilaku Berkendara Tidak Aman (BTA) yang membahayakan dirinya dan orang lain. 

Di sisi lain apapun maksud dan tujuan mulia di balik pelaksanaan OP 2019 petugas yang terlibat di lapangan perlu ditambah pengetahuannya, misalnya meredefinisi kendaraan yang tidak standar dan tidak layak jalan itu seperti apa?

Misalnya sepeda motor di atas 500 cc, dari sisi tampilan, ukuran ban, suara dan kaca spion saja sudah beda. Lalu jika motor seperti itu terjaring karena tidak pakai spion misalnya jelas menimbulkan perdebatan. Pihak polantas musti dibekali pengetahuan yang cukup untuk menjalankan tugasnya.

Selain itu, kekuatan dan kesigapan polantas juga dipertanyakan. Beberapa gambar dan video menunjukkan polisi sangat lemah secara fisik. Cara berlari tergopoh-gopoh dan antisipasi yang lemah membuat beberapa pelanggar lolos dari sergapan.

Gambar: viamelucu.com
Gambar: viamelucu.com
OP dan razia lainnya harus dijalankan dengan tegas. Semakin berat tekanan "penolakan" harus diimbangi dengan tekanan yang sama. Jika Polantas lemah maka semakin banyak pengendara yang berkendara tidak aman di jalan raya. 

Perilaku berkendara tidak aman hanya menimbulkan risiko buruk terhadap orang lain. Padahal arena lalu lintas adalah sarana umum untuk dinikmati bersama dengan cara benar dan aman.

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun