Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sukhoi Oh Sukhoi, Pasar Indonesia Tak Boleh Untuk Rusia?

10 Mei 2012   10:13 Diperbarui: 18 Desember 2019   20:17 2059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shukoi adalah nama salah satu pabrik pembuat pesawat Rusia untuk berbagai katagori, antara lain untuk pesawat tempur atau sergap, pesawat latih, pesawat intai, peswat pengebom atau penyerang dan pesawat transport. Selain memproduksi pesawat tempur untuk keperluan militer perusahaan ini juga menghasilkan pesawat sipil untuk tujuan komersial.

Perusahaan yang dibentuk oleh Pavel Shukoi  ini lahir pada 1939 dengan nama awal Biro Disain Shukoi atau populer dengan sebutan OKB-51 kini menjadi perusahaan besar dan berubah nama menjadi Sukhoi Corporation. Bahkan perusahaan ini dikabarkan merger dengan beberapa pabrik pesawat  lainnya seperti Mikyolan Mikoyan, Ilyushin dan Tupelov  Tupolev dan lainnya dalam perusahaan United Aircraft Building Corporation.

Salah satu produk anyer  dan handal  pabrik Shukoi dalam bidang pesawat tempur adalah hadirnya sosok pesawat tempur canggih Sukhoi dalam beberapa varian, misalnya jenis SU-27, 28, 30, 33 dan 35. Pada jenis disebutkan tersebut NATO memberi lebel dengan sebutan Flanker sehingga Sukhoi jenis tersebut mendapat gelar "Flanker" atau pengebom penyerang karena kemampuannya membawa serta persenjataan dalam jumlah banyak dan menyerang dengan cepat.

Produk Sukhoi dalam bidang kedirgantaraan sipil komersial antara lain adalah pesawat komersial utuk sipil yang awalnya didisain untuk keperluan transportasi militer. Salah satunya adalah Superjet 100 atau disingkat dengan SSJ-100. Jenis pesawat inilah yang jatuh kemarin di kawasan Bogor dekat Gunung Salak, Jawa Barat.

Persoalan jatuhnya pesawat buatan Rusia ini telah menyita perhatian Rusia dan Indonesia sendiri bahkan juga di seluruh dunia. Persoalan yang menarik di sini bukanlah hanya pada  penyebab teknis kecelakaan yang sedang dimonitoring penyebabnya oleh tim ahli dari Rusia dan Indonesia.

Penyebab tak kalah menarik lainnya adalah dari sisi non teknis. Adakah yang menduga bahwa persoalan jatuhnya Sukhi ini hampir berkaitan dengan proses kedatangan Sukhoi versi militer ke Indonesia tahun 2010 lalu? Masih ingat dalam ingatan tentang betapa bangganya kita  kedatangan dua unit  Sukhoi di Makassar. Akan tetapi belum selesai kita tersenyum tiba-tiba kita dikejutkan oleh tewasnya 3 dari 4 teknisi Sukhoi yang duluan berada di Indonesia untuk menyambut kedatangan dua unit pesawat Sukhoi SU 27 SKM pada 13/9/2010.

Tewasnya ke tiga teknisi tersebut serta sekaratnya seorang teknisi lainnya langsung membuat pemerintah Rusia bertanya-tanya. Banyak dugaan-dugaan yang gentayangan pada saat itu, mulai dari masalah adanya sabotase intlejen asing hingga pada masalah bunuh diri sampai akhirnya (15/9) tim forensik Mabes Polri memastikan kematian mereka akibat kandungan spiritus dan metanol terlalu tinggi dalam minuman keras teknisi tersebut.

Kali ini, kita juga dikejutkan oleh berita jatuhnya Sukhoi versi komersial untuk sipil. Pesawat yang sedang dalam taraf uji coba promosi  (demo fly) tersebut dipenuhi oleh berbagai kalangan dari Indonesia dan Rusia sendiri. Di dalam pesawat ini terdapat 36 penumpang asal Indonesia dari berbagai perusahaan penerbangan dan para pilot serta teknisi dari perusahaan Rusia sendiri sebanyak 8 orang.

Kita tahu bahwa bisnis  penerbangan domestik  komersil di Indonesia sangat kompetitif, keras dan bersaing terbuka. Banyak perusahaan penerbangan yang jatuh bangun menahan gempuran pesaing yang satu dan pesaing lainnya. Di sisi lain, pemasok dan agen yang menghubungkan maskapai penerbangan Indonesia dengan para vendor atau bahkan Pabrik pesawat di Amerika berlomba-lomba menjaga lahan basah Indonesia.

Akibatnya beberapa maskapai mencoba cara ampuh tapi tidak efektif mengatasinya yaitu dengan beralih ke produk China, apa daya salah satu pesawat produk China yang dipesan Merpati jenis MD-10  jenis Xian MA-60  jatuh dan pesanan dari China langsung sepi tak terdengar lagi hingga saat ini.

Setelah hubungan dengan China sepi, diam-diam agen lainnya menjembatani hubungan baru antara maskapai Indonesia dengan pabrik dan vendor dari Rusia. Bertemulah agen Indonesia, Tri Marga Rekatama. Perusahaan ini juga yang menjadi agen pemasok Sukhoi SU-27 SKM dua tahun lalu. Tri Marga Rekatama diduga sebagai agen dan rekanan Rosoboron Export di Indonesia.

Salah satu perusahaan maskapai yang sudah siap sedia memesan SSJ-100 adalah Kartika Airlines (30 unit negosiasi Desember 2008) dan Sky Aviation (12 unit, negosiasi Juni 2011)  total sebanyak 42 unit senilai lebih dari 14,7 trliun rupiah (mengacu pada harga termurah satu unit jenis yang sama $.35.000.000.) Apa jadinya jika beberapa maskapai lain kita lainnya ikut nimbrung membeli produk Rusia tersebut, apakah produsen lainnya tidak terganggu konsentrasinya melihat ancaman tersebut?

Mungkin terlalu naif dan buru-buru mengaitkan tentang adanya kemungkinan sabotase untuk memproteksi pasar Indonesia dari pasukan produk Rusia. Akan tetapi apa yang tidak mungkin dalam dunia bisnis dan dunia intelijen? Tak salah menduga untuk sekadar melihat sisi lain dari "jendela" lainnya bukan?

Lalu jika benar Indonesia telah diproteksi oleh para pemasok untuk tidak boleh memasukkan produk Rusia, apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia? Tentu tidak sulit asalkan pemerintah mengetahui bahwa hampir seluruh sendi ekonomi dikuasai oleh jaringan semacam kartel, termasuk dalam pengadaan pesawat sekalipun. Mereka inilah yang mengendalikan pemerintah dan menentukan kebijakan pemerintah karena tidak menguasai banyak hal dalam urusan yang mereka harus ketahui lebih mendetail.

Di Rusia sendiri mulai timbul pertanyaan mendalam ada apa dengan pasar Indonesia terhadap produk Rusia. Menurut beberapa informasi kantor berita Rusia  RIA Novosti. Dari beberapa kalangan d Rusia menilai adanya indikasi pesawat dibajak sebelum jatuh. 

Tak heran kondisi ini menarik menarik perhatian Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev menginstruksikan Departemen Perindustrian, Kementerian Luar Negeri dan United Aircraft Building Corporation untuk menyelidiki insiden jatuhnya Sukhoi Superjet-100 di Indonesia pada Rabu, 9 Mei.

Meskipun kita coba melihat dari jendela yang lain, kita berharap semoga tidak ada indikator sabotase intelejen asing serta perang antar kartel dalam hal ini karena yang rugi adalah orang-orang yang tidak mengerti ujung pangkalnya saja. Kita juga berharap tidak ada pihak asing dalam memproteksi Indonesia dari produk Rusia. Dan semoga tidak ada lagi jatuhnya korban lainnya melalui mekanisme dagang berbaur politik yang tidak terpuji dalam berbisnis.

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun