Shukoi adalah nama salah satu pabrik pembuat pesawat Rusia untuk berbagai katagori, antara lain untuk pesawat tempur atau sergap, pesawat latih, pesawat intai, peswat pengebom atau penyerang dan pesawat transport. Selain memproduksi pesawat tempur untuk keperluan militer perusahaan ini juga menghasilkan pesawat sipil untuk tujuan komersial.
Perusahaan yang dibentuk oleh Pavel Shukoi ini lahir pada 1939 dengan nama awal Biro Disain Shukoi atau populer dengan sebutan OKB-51 kini menjadi perusahaan besar dan berubah nama menjadi Sukhoi Corporation. Bahkan perusahaan ini dikabarkan merger dengan beberapa pabrik pesawat lainnya seperti Mikyolan Mikoyan, Ilyushin dan Tupelov Tupolev dan lainnya dalam perusahaan United Aircraft Building Corporation.
Salah satu produk anyer dan handal pabrik Shukoi dalam bidang pesawat tempur adalah hadirnya sosok pesawat tempur canggih Sukhoi dalam beberapa varian, misalnya jenis SU-27, 28, 30, 33 dan 35. Pada jenis disebutkan tersebut NATO memberi lebel dengan sebutan Flanker sehingga Sukhoi jenis tersebut mendapat gelar "Flanker" atau pengebom penyerang karena kemampuannya membawa serta persenjataan dalam jumlah banyak dan menyerang dengan cepat.
Produk Sukhoi dalam bidang kedirgantaraan sipil komersial antara lain adalah pesawat komersial utuk sipil yang awalnya didisain untuk keperluan transportasi militer. Salah satunya adalah Superjet 100 atau disingkat dengan SSJ-100. Jenis pesawat inilah yang jatuh kemarin di kawasan Bogor dekat Gunung Salak, Jawa Barat.
Persoalan jatuhnya pesawat buatan Rusia ini telah menyita perhatian Rusia dan Indonesia sendiri bahkan juga di seluruh dunia. Persoalan yang menarik di sini bukanlah hanya pada penyebab teknis kecelakaan yang sedang dimonitoring penyebabnya oleh tim ahli dari Rusia dan Indonesia.
Penyebab tak kalah menarik lainnya adalah dari sisi non teknis. Adakah yang menduga bahwa persoalan jatuhnya Sukhi ini hampir berkaitan dengan proses kedatangan Sukhoi versi militer ke Indonesia tahun 2010 lalu? Masih ingat dalam ingatan tentang betapa bangganya kita kedatangan dua unit Sukhoi di Makassar. Akan tetapi belum selesai kita tersenyum tiba-tiba kita dikejutkan oleh tewasnya 3 dari 4 teknisi Sukhoi yang duluan berada di Indonesia untuk menyambut kedatangan dua unit pesawat Sukhoi SU 27 SKM pada 13/9/2010.
Tewasnya ke tiga teknisi tersebut serta sekaratnya seorang teknisi lainnya langsung membuat pemerintah Rusia bertanya-tanya. Banyak dugaan-dugaan yang gentayangan pada saat itu, mulai dari masalah adanya sabotase intlejen asing hingga pada masalah bunuh diri sampai akhirnya (15/9) tim forensik Mabes Polri memastikan kematian mereka akibat kandungan spiritus dan metanol terlalu tinggi dalam minuman keras teknisi tersebut.
Kali ini, kita juga dikejutkan oleh berita jatuhnya Sukhoi versi komersial untuk sipil. Pesawat yang sedang dalam taraf uji coba promosi (demo fly) tersebut dipenuhi oleh berbagai kalangan dari Indonesia dan Rusia sendiri. Di dalam pesawat ini terdapat 36 penumpang asal Indonesia dari berbagai perusahaan penerbangan dan para pilot serta teknisi dari perusahaan Rusia sendiri sebanyak 8 orang.
Kita tahu bahwa bisnis penerbangan domestik komersil di Indonesia sangat kompetitif, keras dan bersaing terbuka. Banyak perusahaan penerbangan yang jatuh bangun menahan gempuran pesaing yang satu dan pesaing lainnya. Di sisi lain, pemasok dan agen yang menghubungkan maskapai penerbangan Indonesia dengan para vendor atau bahkan Pabrik pesawat di Amerika berlomba-lomba menjaga lahan basah Indonesia.
Akibatnya beberapa maskapai mencoba cara ampuh tapi tidak efektif mengatasinya yaitu dengan beralih ke produk China, apa daya salah satu pesawat produk China yang dipesan Merpati jenis MD-10 jenis Xian MA-60 jatuh dan pesanan dari China langsung sepi tak terdengar lagi hingga saat ini.
Setelah hubungan dengan China sepi, diam-diam agen lainnya menjembatani hubungan baru antara maskapai Indonesia dengan pabrik dan vendor dari Rusia. Bertemulah agen Indonesia, Tri Marga Rekatama. Perusahaan ini juga yang menjadi agen pemasok Sukhoi SU-27 SKM dua tahun lalu. Tri Marga Rekatama diduga sebagai agen dan rekanan Rosoboron Export di Indonesia.