Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Setia dari Tentara Suriah atau Lebih Baik Diatom

23 Desember 2014   12:27 Diperbarui: 6 Juli 2019   21:47 4015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : commons.wikimedia.org

 

Dari sisi keamanan dan pertahanan nasional, boleh jadi Suriah paling parah kondisinya saat ini. Destabilisasi di seluruh sendi dan tatanan negara tersebut luluh hancur berantakan seolah tak menyisakan kepingan sedikit pun. Kekejaman dan sadisnya perang saudara di negara tempat bersemanyamnya Panglima perang legendaris "Salahuddin al-Ayyubi" itu rasanya tidak ada kalimat apa lagi untuk melukiskan betapa biadabnya pelaku kehancuran di negara tersebut.

Kita tidak menyalahkan pihak mana yang benar dan salah. Tulisan ini mengambil pelajaran tentang arti loyalitas pada bangsa dan negara dalam hal ini seluruh elemen dalam struktur militer Suriah atau Syrian Arab Army (SAA) yang kini hampir masuk tahun ke empat mengatasi pergolakan di negerinya, pergolakan berkategori paling brutal di abad modern ini. Brutal karena bukan saja menghadapi pergolakan hebat dari bangsanya sendiri tapi ikut sertanya bangsa dan negara lain mengendarai apa pun isu yang memberi kesempatan mereka terjun untuk aneka kepentingan dan tujuan di negeri terkoyak tersebut.

Kesetiaan yang diperlihatkan tentara Suriah membela bangsa dan negaranya termasuk membela rezim yang mungkin tidak bermakna atau nista di mata pihak lain, tapi bagi militer Suriah itulah pilihan yang harus dilakukan.

Doktrin bermagnet hebat  -yang tidak perlu lama menghafal atau mengingatnya- telah melekat erat dalam sanubari perajurit yang tersisa, yaitu :

 

  • The Honor (Kehormatan)
  • Devotion (Pengabdian)
  • Homeland (Tanah air/ Ibu Pertiwi)


Tak perlu mengungkit sejumlah prajurit yang telah melarikan diri (desertir) ke mana pun. Tak perlu mengenang berapa jumlah prajurit (dari seluruh pangkat dan satuan) yang telah tewas di berbagai fron. Dan mungkin juga tak penting mengingat dari suku mana sebagian besar prajurit itu asalnya karena keterbatasan tulisan ini. Menurut informasi yang dikutip dari http://gulfnews.com, sebelum perang saudara, jumlah tentara Suriah di berbagai satuan sekitar 220 ribu personil. Ditambah dengan pasukan cadangan jumlahnya tak lebih 350 ribu personil. Rincian perlengkapan tempur dapat setiap matra dapat dilihat pada link di atas.

Sumber di atas menyebutkan bahwa saat ini tersisa prajurit hanya 125 ribu personil. Dari jumlah itu yang diduga setia lebih kurang hanya 80 ribu personil di setiap angkatan dan satuan, meliputi:

  1.  Angkatan Darat (SAA) mempunyai 12 divisi, termasuk NDF (milisi elite yang dibentuk 1/11/2012 oleh SAA).
  2. Angkatan Laut (SAN) mempunyai 3 armada maritim
  3. Angkatan Udara (SAAF) yang hanya menyediakan 1000 pilot.

Peperangan yang melelahkan seolah tidak berkesudahan dan tidak ada yang menang membuat kita yang berada di luarnya merasa lelah sendiri. Tapi tidak bagi prajurit yang telah hampir mati rasa itu, seperti dikutip dari berbagai sumber media asing.

Kantor berita Reuter, melalui portal berita online-nya pada edisi 18 September 2014, memberikan ulasan tentang kemajuan dan ketangguhan tentara Suriah. Menurut laporan tersebut, "Meski 30 - 50% pasukannya telah desersi, Suriah masih mampu berperang selama 10 tahun lagi, (menganalogikan tangguhnya tentara Suriah saat ini). Sumber: http://www.reuters.com.

Sementara itu, salah satu pengamat Timur Tengah dan juga penasehat Angkatan Darat Inggris untuk Suriah, Kemal Alam, dalam analisisnya di portal Thingtank konservatif berbasis di Inggris, edisi 18 September 2014, menilai tentara Suriah  paling mampu menghadapi ISIS sekarang ini. (Sumber: http://www.conservativehome.com).

Di arena pertempuran, kemenangan dan kekalahan kedua pihak datang dan pergi silih berganti antara ISIS/Al-Qaeda dan tentara Suriah. Informasi perkembangan signifikan yang dicapai SAA dan seluruh afiliasinya mulai terjadi terlihat positif. Perkembangan terbaru, pada 6 Desember 2014 SAA merebut salah satu pabrik pengolahan Gas di Hom.

Perkembangan terakhir pada 15 Desember 2014, Deir Ezzor telah direbut kembali oleh SAA. Brigade mekanik ke-104 berhasil memukul keluar ISIS dan JAN keluar dari kota terpenting di Provinsi Raqqa yang telah lama dikuasai ISIS.

Meski demikian, sampai saat ini BELUM dapat dipastikan tentara Suriah akan memenangi perang saudara di Suriah karena bisa jadi fron baru akan dihadapi dari beberapa kemungkinan berikut :

 

  1. Israel akan terlibat menyokong ISIS
  2. Turki mungkin akan terlibat menyokong FSA atau ISIS.
  3. Kurdi Suriah (YPG) menjadi tantangan terberat setelah perang usai menuntut otonomi atau merdeka.
  4. Pasukan bayaran asing yang selama ini dibiayai oleh negara-negara donor tidak akan tinggal diam dan senang melihat Suriah apalagi rezim Assad berhasil meredam pemberontakan melelahkan yang panjang tersebut.

 

Lelahkah tentara Suriah menghadapi seluruh tantangan dan potensi tantangan di masa yang akan datang? Ternyata tidak. Padahal mengacu pada analisa Globalfire.com yang menerbitkan fakta dan informasi perfoma militer di 68 negara dunia, pada edisi September 2014 bertajuk World Military Strength, posisi Suriah itu pada rangking 26 dari 106 negara yang dinilai.

Beberapa informasi yang disampaikan pada laporan edisi 21 april 2014 tersebut memperlihatkan performan Suriah (rangking 26 dunia) dalam beberapa hal sangat jauh di bawah Indonesia yang masuk kekuatan 19 besar dunia. Hebatnya lagi, Indonesia berada posisi 9 se-Asia Pasifik (satu strip di bawah Taiwan dan di atas Australia).

Tabel berikut memperlihatkan perbandingan kekuatan militer Indonesia vs Suriah.

14192816931449936438
14192816931449936438
Sumber : http://www.globalfirepower.com/countries-listing-asia-pacific.asp

 

Dengan jangkauan luas wilayah yang hanya 10% dari luas wilayah kita, tapi Suriah mempunyai perlengkapan tempur yang mumpuni. Padahal dengan belanja untuk pertahanan yang hanya 1,9 miliar dolar AS, Suriah telah mampu bertahan dari pergolakan mengerikan masa depannya sebagaimana disebut di atas.

Dari tabel ini dapat memberi kita banyak hal betapa kecilnya Suriah dibanding Indonesia. Akan tetapi negara kecil itu memiliki mental yang kuat dan teruji keandalannya dalam hal Kesetiaan, Kehormatan dan Demi Tanah Air. Tak lekang diaduk oleh sejumlah negara asing dan tak layu oleh kondisi sengsara bergaji (prajurit) sekitar US$150 setiap bulannya.

Adakah pelajaran berharga yang dapat kita petik dengan berkaca pada wujud Kesetiaan, Kehormatan dan Cinta Tanah Air yang  diperlihatkan tentara Suriah dalam kondisi sangat sulit saat ini dan mungkin akan semakin sulit ke depannya?

Mari belajar agar kita memperoleh kesuma bangsa yang benar-benar tahan uji dan tahan banting kesetiaannya bagi bangsa dan negara ini. Jangan menjual harga dirimu demi segepok material tapi merendahkan bangsamu.

Mengutip pesan luhur Panglima TNI pertama RI pada 1947 di sebuah Kongres di Purwekerto, Jenderal Sudirman, memberikan kiasan betapa pentingnya harga diri dalam arti kemerdekaan sejati. "Daripada tidak merdeka 100%, lebih baik kita diatom," mendeskripsikan posisi harga diri dengan kehancuran akibat bom atom yang jatuh di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Agustus 1945.

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun