Mohon tunggu...
Abah Imin
Abah Imin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kolot

Kepribadian saya yaitu mendalami kajian seputar pesantren dan sejarahnya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Syarikat Islam: Perkembangan Pemikiran Modernisme Hasil National Congres Centraal SI tahun 1916-1920

2 Mei 2024   00:14 Diperbarui: 2 Mei 2024   00:17 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan Syarikat Islam

 Perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan organisasi. Perkembangan Sarekat Islam dapat dibagi dalam empat bagian yaitu: periode pertama (1911-1916) yang memberi corak dan bentuk bagi partai tersebut; periode kedua (1916-1921) yang merupakan periode puncak; periode ketiga (1921-1927) adalah periode konsolidasi yang juga bersaing keras dengan golongan komunis dan tekanan-tekanan dari pemerintah Belanda; dan periode keempat (1927-1942) yang memperlihatkan usaha partai untuk tetap mempertahankan eksistensinya di forum politik Indonesia.

 Al hasil, SI menjadi organisasi yang pertama kali memberikan garis independen dalam melawan kolonial dengan perkenalan pertama istilah "nasionalisme" Menjadi indikator utama dalam hal perlawanan secara akal. 

National Congres Centraal tahun 1916 - kongres nasional SI ke 35 tahun 2003
Pada periode kedua SI, tepatnya di Bandung ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh HOS cokrominoto yaitu ada pemakaian kata "nasional" yang menandakan usaha pertama untuk berjuang menuntut  pemerintahan sendiri atau sekurang-kurangnya agar orang-orang Indonesia diberikan hak untuk mengemukakan suaranya dalam masalah-masalah politik. Untuk menentukan arah SI kedepannya, maka ditetapkan program azaz dan program pekerjaan SI (tandhim).  
 Asas ini mengemukakan kepercayaan Centraal Sarekat Islam bahwa "agama Islam itu membuka  pikiran perihal persamaan derajat manusia dan bahwa "Islam sebaik-baiknya agama untuk mendidik budi pekerti rakyat". Organisasi ini juga memandang "agama sebagai sebaik-baiknya upaya yang boleh dipergunakan agar jalannya akal setiap orang itu selaras dengan budi pekerti". Dalam mencapai maksud dan tujuan ini, Centraal Sarekat Islam mencari kerjasama dan saling membantu tanpa membeda-bedakan latar belakang. Di sisi lain, agama menjadi alat sakral yang harus dijadikan pegangan dalam membuka selebar-lebarnya pemikiran.
Kongres ini menjadi awal dari keluarnya pemikiran-pemikiran kebebasan yang dilontarkan oleh tokoh SI untuk kepentingan rakyat pribumi. Apalagi adanya istilah nasionalisme yang menjadi cikal bakal dalam mencintai tanah air. Bahkan kongres ini menyampaikan  bagaimana peranan agama itu sangat penting. Apalagi pandangan agama terhadap cultur adat setempat, yang diyakini mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Mestinya haruslah ada penyesuaian terhadap segala hal yang berkaitan dengan kebiasaan. Maka SI menetapkan  sikap hijrah yang isinya sebuah prasaran tentang cultur budaya dan adat islam yang memberi penjelasan tentang hidup bermasyarakat berdasarkan Islam.
Kongres nasional SI 1916 ini juga banyak mengubah keadaan dan meluruskan rakyat pribumi ke jalan yang semestinya. SI menemukan jalan yang benar untuk selalu dijadikan pijakan. Semua hasil kongres nasional 1916 menjadi awal kebangkitan bagi rakyat indonesia. Tetapi keeksisan SI ini sedikit demi sedikit agak menurun. Liku-liku problematika yang ada di SI bermunculan baik dari internal maupun eksternal.  Apalagi ketika keadaan SI pasca komunisme, SI menjadi dua kubu yaitu SI merah dan SI putih. Setahun setelah terpecahnya tepatnya pada bulan februari 1923 ada kebijakan disiplin partai dan peningkatan kader SI serta pengubah nama menjadi PSI. Tahun 1929, terjadi lagi penggantian nama menjadi PSII. Tahun 1939 menjadi tahun yang berat bagi PSII, salah satu tokoh yang sangat  berpengaruh menghembuskan nafas terakhirnya.  
Setelah wafatnya cokrominoto, melemahkan perjuangan PSII dalam perjuanganya. Pasca kemerdekaan PSII mendapat panggung politik dan mengikuti beberapa kali pemilu dan sukses mengirim wakilnya duduk di parlemen. Kemudian kongres nasional ke 35 di Garut tahun 2003 menetapkan mengubah nama PSII menjadi Syarikat Islam dan eksistensinya bertahan hingga sekarang (2020). Syarikat Islam sekarang dipimpin oleh Hamdan Zoelva mantan hakim Mahkamah Konstitusi, dan Syarikat Islam kembali ke khittahnya sebagai gerakan dakwah ekonomi.
Hal ini menjadi suatu pembuktian dari SI yang bisa dikatakan sebagai pelopor pertama gagasan nasionalisme. Pembuka pemikiran terhadap rakyat pribumi dari kekejaman kolonial. Terkhusus di daerah Bandung Jawa Barat, terlaksananya kongres nasional pertama sebagai awal keberanian dari para tokoh SI untuk menjadi pigur utama secara besar-besaran  dalam melawan Belanda. 

Keberadaan SI saat ini tidak luput dari hasil pemikiran modern yang dilontarkan oleh HOS cokrominoto dan tokoh SI lainnya pada kongres nasional 1916. Dilandasi demgan nilai-nilai agama yang selalu mengiringi situasi yang ada. Sekalipun, SI sering terjadi problematika didalamnya.

Dari perpecahan, penggantian nama SI yang tidak konsisten, dll. Tetapi kongres ke 35 di garut menyatakan bahwa PSII diganti dengan nama aslinya yaitu SI (syarikat islam) dan menyatakan bahwa SI kembali ke khittah (agamis) dan ekonomi. Ini menjawab bahwa hasil pemikiran HOS cokrominoto tentang harusnya menjaga keutuhan itu disesuaikan dengan zaman dan mengambil dari hal lebih  (modern) itu benar-benar mengalami perkembangan.
Kesimpulan
          Syarikat islam memunculkan pemikiran-pemikiran modernisme yang dijadikan sumber utama di zaman kontemporer sekarang. Karena para tokoh ataupun pencetus SI itu selalu melontarkan kebijakan-kebijakan yang condong terhadap pengambilan nilai kesadaran yang notabene lebih disesuaikan dengan agama dan zaman.
Kongres nasional di Bandung merupakan kongres penggagas utama nilai-nilai nasionalisme, kesetaraan manusia, dan penyesuaian agama terhadap kebiasaan serta pengambilan nilai-nilai baru yang lebih baik dan modern. Kongres ini juga bisa dikatakan sebagai penenttu arah dari syarikat islam. kebijakan dan perubahan secara besar-besaran dilontarkan pada saat itu.  Efektifitas menjadikan syarikat islam semakin eksis di berbagai daerah. Tetapi, sering di kalangan SI itu terjadi perpecahan. Apalagi ketika HOS cokrominoto wafat, SI sering mengganti nama dan ancur menjadi beberapa golongan.
Kongres ke 35 di garut menjadi jawaban terhadap masih eksisnya SI sampai sekarang. Walaupun sering terjadi problematika yang amat rumit, SI masih erdiri dan ini juga hasil dari perkembangan pemikiran tokoh SI terutama HOS cokrominoto pada kongres nasional SI di bandung tentang menjaga keutuhan sesuai dengan zaman. saat ini SI  sudah kembali ke khittah SI yang dulu yaitu kepada agama dan ekonomi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun