Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

3 Kesalahan Kompasianer

11 Januari 2024   23:10 Diperbarui: 12 Januari 2024   08:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bertahun-tahun saya menjadi pembaca artikel-artikel Kompasiana, dan karena kesibukan menulis di "tempat" lain, saya baru memutuskan untuk memulai debut sebagai penulis Kompasiana awal Januari 2024. 

Membaca dan menelaah artikel-artikel menarik yang disuguhkan para Kompasianer, membuka cakrawala pemikiran serta wawasan saya dalam hal menulis. 

Begitu banyak penulis maestro, senior dan penjelajah yang menginspirasi saya. Salah satunya Pak Wijaya Kusuma. Menurut saya, beliau adalah seorang guru profesional sekaligus  penulis handal.

Saya pun tak pandang bulu. Tiap kali ada artikel yang judulnya menarik menurut saya, saya baca tanpa melihat level sang penulis. 

Semua artikel yang pernah saya baca di Kompasiana bukan artikel kaleng-kaleng. Bagus semua. Namun, bukannya sok ahli, hanya ingin mengingatkan bagi yang lupa pelajaran Bahasa Indonesia yang kita pelajari di masa sekolah, he..he. Di sejumlah artikel, saya menemukan beberapa kesalahan dari segi redaksi.  

Tanpa meyebutkan siapa penulisnya. Saya pun yakin tim Kompasiana mengetahui hal ini, namun karena jumlah tim yang pastinya terbatas, Kompasiana belum menerapkan aturan teknis  hingga ke tahap editing artikel yang masuk. 

1. Kata Kerja Berimbuhan Ditulis Terpisah, padahal Seharusnya Digabungkan. 

Misalnya : Ku tulis, seharusnya kutulis. Ku hampiri, seharusnya kuhampiri. Di buka, seharusnya dibuka, dan lain sebagainya. Kaidah penggunaan imbuhan -di- sebelum kata kerja, mestinya digabungkan, tidak dipisah. Dipukul, dibeli, dimarahi, dibeli, dijual, dan lain sebagainya. 

2. Kata Tempat dan Waktu Disatukan, padahal Seharusnya Terpisah

Jika kita ingin menuliskan tempat dan waktu setelah kata depan -di-, maka penulisannya harus dipisahkan. Contoh untuk tempat : di sekolah, di sini, di sana, di hati, dan lain sebagainya. Contoh untuk waktu : di malam hari, di siang hari, dan lain sebagainya. 

3. Kata berakhiran -tif Diberi Imbuhan -tas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun