Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... lainnya -

www.albanduni.wordpress.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis Buku

28 Agustus 2010   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:39 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”

(Imam Ali bin Abi Thalib)

SOAL tulis menulis saya dapat pencerahan dari Bambang Trim. Dari beliau saya mendapatkan sesuatu yang sangat berbeda dari beberapa pelatihan menulis yang sebelumnya saya ikuti. Tidak hanya memberikan motivasi dan mengubah mindset, tetapi juga membimbing bagaimana membuat buku dari awal hingga akhir: prewriting, drafting, revising, editing, publishing, and powerfull writing.

Menulis buku itu tidak gampang, juga tidak sulit. Hanya soal taktis saja!” katanya.

Menurut Bambang, seseorang yang akan menulis harus berani buka mata, buka telinga, buka pikiran, buka perasaan, dan berani mengalami (buka pengalaman). Apabila seseorang sudah melakukan itu, akan keluarlah gagasan yang berwujud tulisan.

“Keluarkan buku dari dirimu!” cetusnya. Bisakah?

“Tulislah gagasan yang ada dalam pikiran, yang dipikirkan, yang dirasakan atau yang dialami hingga menjadi tulisan!” ujarnya.

“Kumpulkan semua diksi yang berkaitan dengan apa yang kita lihat, dengar, dan pikirkan. Tulislah diksi-diksi itu dan rangkailah dalam sebuah jalinan cerita hingga berwujud tulisan. Ingatlah, gagasan yang tidak segera ditulis akan diambil orang!” pesannya.

Karena itu, coba lakukan setiap hari membawa buku catatan kecil untuk menulis ide-ide yang muncul. Selain mencatat di handphone, communicator atau blackberry, bawa buku kecil dan pulpen untuk mencatat ide-ide atau hal-hal menarik yang bisa dikembangkan menjadi buku.

Hal lainnya, seorang penulis harus mampu menghadirkan pengetahuan atau pengalaman (yang menjadi bahan tulisannya itu) dengan senantiasa mengakrabkan diri dengan referensi, belajar dan berlatih tiada henti, dan sering melakukan silturahim atau berinteraksi dengan orang-orang untuk meluaskan wawasannya. Selain itu, yang perlu diingat: jangan membuat buku yang tidak orang sukai dan yang tidak dikuasai serta jangan membuat buku yang tidak ada referensinya.

Nah, bagaimana dengan menulis buku fiksi seperti novel. Perihal ini saya dapat ilmu dari novelis Tasaro GK, penulis novel bestseller “Galaksi Kinanthi” dan “Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan”.

Menurut Tasaro, sebuah karya fiksi dapat berpotensi diminati masyarakat (pembaca) jika menyajikan kisah yang baru, memiliki karakter kuat (bagus), alur cerita yang luar biasa, dan pilihan kata yang menarik. Apalagi ditambah dengan tema atau isu yang sedang hangat di masyarat akan semakin menarik, bahkan menyedot orang untuk membacanya.

Karena itu, seseorang yang akan menulis buku perlu memiliki keterampilan dalam membuat drafting berupa catatan ide-ide dan outline isi buku yang akan ditulis sehingga ide yang muncul dalam pikiran tidak lepas begitu saja. Seperti kata Imam Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”

Selanjutnya, yang harus dilakukan adalah mempraktikannya dengan segera. Hal ini yang biasanya sulit dilakukan karena biasanya banyak saja alasan untuk tidak menulis. Karena itu, sempatkanlah menulis apa pun dan buatlah sejarah hidup dengan gemilang melalui karya tulis.Hasilnya, apa pun isi dan bentuk tulisan Anda, itulah karya intelektual Anda.

AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat (Salamadani, 2010)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun