Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kurban Berkemajuan

20 Juli 2021   08:50 Diperbarui: 20 Juli 2021   08:52 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkurban adalah sunnah muakkadah, bagi yang mampu. Bagaimana cara berkurban sekarang?. Banyak jalan untuk berkurban. 

Di masyarakat kita, bangsa Indonesia. Masih terdapat kesenjangan pangan, antara lain dalam merasakan memakan daging. Bagi masyarakat tertentu, masih merupakan barang langka.

Maka dari itu, beberapa organisasi dengan giat membuka peluang penyaluran kurban ke daerah-daerah yang masih tertinggal. Pembayarannya mudah, sistem transfer atau kirim uang secara digital dengan aplikasi semacam Link Aja atau Gopay.

Masyarakat yang tinggal di Jakarta, di berbagai perkampungannya, yang sekarang ini berbaur dengan kompleks perumahan skala besar maupun klaster, biasa menikmati pembagian daging kurban yang lumayan banyak. Di kala pandemi, jatahnya berkurang, tapi tetap tidak terlalu berbeda. 

Organisasi Islam seperti Muhammadiyah, memiliki empati terhadap cabang atau ranting yang memiliki kekurangan jumlah pekurban. Maka biasanya terjadi transfer hewan kurban dari yang berlebih ke yang sebaliknya. Asas pemerataan.

Ijtihad dalam penyaluran kurban juga marak di masyarakat. Semisal penyalurannya saat ini bisa melampaui sekat-sekat perbatasan negara. Kita bisa berkurban di negara-negara lain yang populasi muslimnya minoritas. Adapula ijtihad untuk membagikannya, merata, kepada saudara saudara yang muslim dan non muslim. 

Penyaluran daging juga ada ijtihadnya, sehingga menjadi bentuk daging dalam kaleng. Dengan adanya PPKM, beberapa masjid menarik dana dari pekurban. Agar menghindari kerumunan, prosesi penyembelihan dilakukan oleh jagal profesional. Selain mengeluarkan uang untuk pengadaan hewan, juga uang untuk biaya pengelolaan secara profesional.

Beberapa RPH mendapat order untuk penyembelihan, hari tasyrik yang sibuk tapi tetap harus jaga protokol kesehatan. 

Kebiasaan. Pekurban memiliki "request" bagian tertentu dari hewan yang dikurbankannya. Sesuatu yang wajar dan diperbolehkan. Namun perbuatan ini memperlihatkan karakter kita, umat yang masih "miskin". Karena masih memiliki keinginan terhadap apa yang kita berikan. 

Teringat kisah bagaimana Nabi Al Khalil, benar-benar berserah. Mengayunkan pisau ke ananda tercintanya. Demi kecintaan terhadap Sang Pencipta. Lalu diganti-Nya dengan domba. Manusia modern masih memiliki keinginan. Hubbud dunya. Perasaan ini yang terus ada, karena bisa menjadi vitalitas untul hidup di dunia. Bekerjalah untuk duniawimu, seakan-akan kamu alan hidup abadi. Walaupun aku tahu besok akan mati, aku tetap akan menanam pohon anggur. Untuk keseimbangannya pepatah tersebut menambahkan. "Bekerjalah untuk akhiratmu, seakan-akan engkau akan mati besok." Inilah hal yang kurang kita amalkan. Bangun tidur sholat shubuh, cek hape. Waktu kita sholat dan cek hape, mana yang lebih banyak?

Kurban bisa, kalau diniatkan. Untuk memelihara niat, di beberapa komunitas ada yang mengkoordinir. Tabungan kurban. Dipegang oleh orang yang amanah. Ini contoh kearifan komunal. Kearifan pribadi muncul, misalnya dari seseorang yang sengaja menyisihkan penghasilannya untuk berkurban. Sehingga beberapa bulan kemudian ia bisa berkurban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun