Mohon tunggu...
Tasya Millenia Kusuma
Tasya Millenia Kusuma Mohon Tunggu... Tutor - perempuan berkacamata dengan segudang tanya dalam benak perihal dunia

Hidup dalam keabadian, karena jiwaku tak akan pernah mati. Dia akan terlahir bersama Zaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Bahasa Internasional, Peminat Kelas Bahasa di Peru Meningkat

28 Oktober 2021   11:33 Diperbarui: 28 Oktober 2021   11:50 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau dengan berbagai macam tradisi, budaya dan bahasa. Salah satu hal yang dapat menyatukanperbedaan yaitu penggunaan Bahasa Indonesia.Hal tersebut secara tersirat dan tersurat telah disampaikan dalam isi Sumpah Pemuda poin ketiga yang artinya Bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia.

 Untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia, didirikan Pusat Pengembangan Bahasa dan Pembinaan Bahasa dan Balai Bahasa di berbagai daerah. Bahasa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk menjadi bahasa dunia, bahasa internasional dan bahasa yang digunakan di forum-forum internasional. Bahkan, Indonesia telah menunjukkan betapa potensialnya bahasa Indonesia (Melayu) menjadi bahasa dunia (Internasional) dilihat dari sejarahnya. Di samping itu, saat ini sudah banyak ahli atau komunitas sarjana dari mancanegara yang mengkhususkan diri mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa Melayu.

Selain itu, potensi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat dilihat dari beberapa faktor yang mendukung dan atau yang memengaruhinya. Secara garis besar, faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni yang berasal dari bahasa itu sendiri atau biasanya disebut dengan istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa atau biasa disebut dengan istilah faktor ekstrabahasa. Pengelompokan itu sebenarnya tidak dapat dipisahkan secara tegas karena antara faktor intrabahasa dan faktor esktrabahasa terkadang hadir secara bersama. Pengelompokan itu akan memudahkan cara pandang kita terhadap potensi bahasa Indonesia menuju bahasa internasional.

Dengan memperhatikan arah dan perkembangan bahasa Indonesia yang jelas, maka tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional. Kita sebagai pengguna bahasa Indonesia harus mendukung arah tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia dan lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia daripada bahasa asing, bahkan di negara lain bahasa Indonesia di sama ratakan dengan bahasa Inggris dan Prancis. Republik Peru misalnya, pembukaan kelas bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di KBRI Lima, Peru sukses menarik hingga 373 pendaftar. Ini adalah kelas semester II Tahun Ajaran 2021 yang dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2021.

Program BIPA adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang subjeknya merupakan pemelajar asing dari berbagai negara. Menurut Kusmiatun (2016: 1) mengatakan bahwa pembelajaran BIPA menjadikan orang asing mampu dan menguasai bahasa Indonesia. Sedangkan pelajar BIPA adalah pelajar dari luar negara Indonesia yang ingin belajar bahasa Indonesia. Pelajar tersebut biasanya terdiri dari warga negara asing yang belum mengerti dasar dan tata bahasa Indonesia tetapi tertarik untuk mempelajarinya. Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari Suyitno (2008: 111) bahwa pelajar BIPA merupakan pelajar berkewarganegaraan asing yang memiliki latar belakang budaya berbeda dengan budaya bahasa yang diketahui dan dipelajarinya selamaini.

Dubes Marina berkata bahwa selain bahasa Indonesia, para pengajar juga akan memperkenalkan budaya Indonesia seperti tarian, masakan khas Indonesia, destinasi pariwisata dan adat istiadat lainnya. KBRI Lima bersama dengan pengajar bahasa Indonesia telah merancang beberapa kegiatan yang dapat memperkenalkan Indonesia, seperti kelas masak dan pementasan tarian untuk menumbuhkan citra positif Indonesia di Peru. Kelas BIPA ini diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri di beberapa negara, mulai dari Perancis, Finlandia, Turki, dan beberapa negara lainnya.

 Lestyarini (2012: 3) berpendapat bahwa identitas kultural Indonesia sudah seharusnya disertakan dalam pembelajaran. Dengan mempelajari konteks budaya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia, dan norma-norma sebagai nilai entitas masyarakat, penutur asing dapat mempelajari karakter Indonesia yang merupakan syarat mutlak yang harus dikenal dengan istilah sine qua non untuk mempelajari bahasa Indonesia. Hal tersebut tentunya cukupdimengerti, karena bahasa merupakan salah satu cermin jati diri masyarakat sehingga kajian dan pembelajarannya tidak akan dapat pernah dilepaskan dari kehidupan masyarakat itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun