Mohon tunggu...
M Asseghav
M Asseghav Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2025 FDIKOM Jurnalistik

Memiliki minat besar pada dunia jurnalistik bidang foto dan videografi. Juga memiliki usaha online shop sejak 2020 menjual segmentasi fashion.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Israel Gugat Indonesia: Olahraga Jadi Korban Politik atau Prinsip Kemanusiaan?

13 Oktober 2025   16:32 Diperbarui: 13 Oktober 2025   16:32 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Drama baru meledak di dunia olahraga internasional. Federasi Gimnastik Israel resmi menggugat Indonesia ke Court of Arbitration for Sport (CAS) setelah pemerintah membatalkan visa atlet mereka untuk tampil di Artistic Gymnastics World Championship 2025 di Jakarta.

Langkah itu diambil setelah Menteri Imigrasi Agus Andrianto menyetujui permintaan Federasi Gimnastik Indonesia (FGI) untuk membatalkan visa seluruh delegasi Israel. Alasannya jelas --- gelombang protes besar menolak kehadiran Israel di tengah situasi perang Gaza yang masih memanas. Sementara Israel menilai tindakan Indonesia "memalukan" dan menuntut CAS agar atlet mereka tetap diizinkan bertanding.

Tapi pertanyaannya: apakah olahraga masih bisa lepas dari politik?

---

Indonesia Diantara Dua Tekanan

Keputusan ini menempatkan Indonesia di posisi sulit. Di satu sisi, kita ingin menjaga citra sebagai tuan rumah ajang olahraga dunia yang profesional dan sportif. Tapi di sisi lain, Indonesia juga punya prinsip tegas: menolak segala bentuk penjajahan, termasuk yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Jadi, apakah langkah Indonesia ini salah? Tidak juga. Justru ini bentuk konsistensi. Di saat banyak negara memilih diam demi kepentingan politik, Indonesia berani bersuara --- bahkan jika risikonya adalah kehilangan muka di mata dunia olahraga.

---

Saat Sportivitas Bertemu Kemanusiaan

Dunia boleh bicara soal "fair play", tapi bagaimana bisa bicara sportivitas dengan negara yang terus mengebom warga sipil? Indonesia tidak menolak atletnya karena kebencian, tapi karena prinsip moral dan kemanusiaan.

Namun, bukan berarti langkah ini tanpa risiko. Gugatan ke CAS bisa berdampak panjang --- mulai dari pencabutan hak tuan rumah, sampai pembatasan keikutsertaan Indonesia di ajang internasional.

Tapi kalau harus memilih antara moral dan medali, Indonesia tampaknya sudah menentukan sikap.

---

Kesimpulan

Apakah olahraga harus bebas dari politik? Idealnya, iya. Tapi ketika nyawa manusia dipertaruhkan, diam juga bentuk keberpihakan.

Keputusan Indonesia mungkin tidak populer, tapi di tengah dunia yang sibuk pura-pura netral, sikap tegas ini justru jadi pengingat:

> Ada hal yang lebih penting dari sekada

r podium --- yaitu kemanusiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun