Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Satu Ayat Seharusnya Mengenalkan Manusia ke Allah, Bukan Sebaliknya

1 Februari 2018   18:59 Diperbarui: 1 Februari 2018   18:59 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam supaya manusia mengenal Allah. Mengenal Tuhan mereka yang sebenarnya. Jadi, urusan dakwah intinya adalah menumbuhkan kecintaan kepada Allah. 

Sementara pengetahuan tentang adanya surga dan neraka merupakan gambaran suatu perjalanan manusia supaya manusia bisa mengambil hikmahnya. Maka goal terakhir seharusnya beribadah kita hanya diniatkan untuk Allah. 

Mencari keridhoan Allah. Mengenai ganjaran surga dan siksaan neraka adalah skenario Allah yang meskipun kita tidak menginginkan surga pun pasti jika niatnya Keridhoan Allah tentu mendapatkan surga. 

Sangat mustahil jika kita ngontrak di neraka padahal sudah mencari keridhoan Allah misalnya. Namun bukan berarti beribadah mencari surga itu tidak boleh, tentu saja boleh. Ibarat suatu pencipta dan surga tentu kita lebih memilih pencipta sebab seindah-indahnya surga tentu kalah indah dari sang pencipta. Allah SWT.

Dakwah Nabi Muhammad SAW pun sangat lemah lembut, ramah, sopan meskipun ada saatnya keras tetapi sikap menghargai manusia dan memuliakan manusia adalah diatas semua itu. Bayangkan saja, kisah beliau dengan Pengemis Yahudi yang buta tanpa marah beliau menolongnya meskipun perkataan pengemis buta itu menyakitkan hati. 

Tetapi hati suci beliau tentu tidak akan sakit, dengan sabar beliau menolongnya. Bahkan sampai beliau meninggal, beliau dirindukan pengemis buta itu. Dan alangkah terkejutnya pengemis buta itu saat diberitahu bahwa yang menolongnya adalah Rosululloh. 

Dakwah beliau utamanya adalah bagaimana manusia bisa tersentuh hatinya supaya benar-benar ada ketulusan dalam berislam. Dan sertamerta pengemis buta itu langsung memeluk Islam.

Tentu banyak kisah yang lain tentang bagaimana kebaikan beliau itu tercermin dari sikap dan perbuatannya yang justru bisa menyentuh hati orang yang keras hatinya sehingga kelak orang itu masuk Islam. Cara-cara kesantunan dan akhlak yang baik beliau, sayangnya tidak semua dicontoh oleh da'i-da'i zaman now yang ada saja cenderung merasa lebih pintar, memasang tarif dakwah, jualan ayat dan sangat pelit. Bahkan kalau menyampaikan dakwah dengan perasaan paling tahu dan mental yang sangat bakhil. Ayat dijadikan jualan. Ayat hanya dijadikan komoditi pasar dunia.

Bukti jelasnya adalah munculnya perilaku mengkafirkan sesama umat Islam, membid'ahkan amalan orang lain, mengkafirkan dengan nada sombong, menyesatkan orang, memusyrikan orang. Bahkan seolah-olah dengan bangga merasa paling benar sendiri.

Sementara itu betapa murah hatinya beliau, pesan yang singkat namun mengandung berjuta hikmah yang luar biasa dari beliau. "Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat". Artinya sebakhil-bakhilnya kita mbokyomenyampaikan satu ayat saling nasihat menasihati, saling menolong sesama muslim, kalau ada perbedaan jadikan perbedaan sebagai rahmat. Lho wong nabi saja begitu seolah-olah meringankan kita yakni satu ayat.

 Lho malah ada yang justru mencoba mengeluarkan manusia dari Islam. Jurus-jurus semacam mengkafirkan, membid'ahkan, menyesatkan, ataupun memusyrikan muncrat dengan kesombongan yang seolah dirinya lupa bahwa satu ayat harusnya menyelamatkan manusia. Apalagi kalau lebih dari satu ayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun