Mohon tunggu...
Annisa R
Annisa R Mohon Tunggu... Freelancer - Mungkin Mahasiswa

Belum tahu mau menulis apa.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Indoglish, Antara Kekayaan dan Kemiskinan dalam Berbahasa

2 November 2020   13:17 Diperbarui: 2 November 2020   13:37 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunikasi. Sumber: dokumen pribadi.

Indoglish, akronim dari "Indonesian English", merupakan sebutan untuk menjelaskan penggunaan bahasa Inggris dalam nuansa bahasa Indonesia.  Wujud linguistik Indoglish adalah bentuk kebahasaan yang umumnya berada dalam tataran kata maupun frasa, seperti pada kata yang padanannya dalam bahasa Indonesia belum terlalu jamak dipakai. Misal digunakannya kata "e-mail" dalam keseharian, alih-alih "surel".

Fenomena Indoglish banyak ditemukan dan dimulai dari media sosial. Lantaran pengembang aplikasi media sosial mulanya mengembangkan dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Hal tersebut membuat banyak pengguna media sosial telanjur terbiasa dengan penyebutan beberapa fitur dalam bahasa Inggris. 

Meski kini sudah banyak media sosial yang menyertakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya, tetapi masih ada kecenderungan pengguna untuk tetap menyebut dengan istilah bahasa Inggris. 

Selain itu, padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk kata/frasa berbahasa Inggris terkait seringkali memang baru diciptakan setelah kata/frasa dalam bahasa Inggris tersebut dikenal. Surel tadi adalah salah satunya.

Umumnya penggunaan Indoglish memang mulai berkembang dari media sosial, yang lalu terbawa ke percakapan sehari-hari di dunia nyata. Namun penyebab digunakannya Indoglish dalam keseharian tidak terbatas pada faktor kebiasaan. 

Terdapat motif-motif lain, sebut saja di antaranya yaitu keakraban dengan lawan bicara, gengsi, dan kemampuan bahasa[1]. Kemudian dari sana tercipta perpaduan antara kata berbahasa Inggris dalam kaidah berbahasa Indonesia, seperti "meng-update" (memperbarui), "keyword-nya" (kata kuncinya),"posting-an" (kiriman), dan "download-an" (unduhan).

Meskipun tidak dipungkiri, dalam masyarakat tidak jarang lahir bentuk Indoglish yang benar-benar  khas karena kata/frasa tersebut tidak pernah ada dalam bahasa Inggris. Contoh yang umum dijumpai adalah frasa "thanks before" yang digunakan sebagai pengganti dari "terima kasih sebelumnya". 

"Thanks before" terbentuk dari penerjemahan "terima kasih sebelumnya" secara kata per kata. Sementara, frasa sepadan yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah "thank you in advance" -- itu pun tidak sering dipakai oleh penutur asli karena dapat dianggap kasar dan memberi kesan menuntut lawan bicara, oleh karenanya penggunaan seyogianya menyesuaikan keadaan dan suasana percakapan. 

Terjadinya campur kode selanjutnya juga dikarenakan beberapa kata dalam bahasa Indonesia dirasa kaku untuk digunakan. Padahal sekali lagi, hal tersebut juga dipengaruhi dari kebiasaan. Ketika kata-kata 'kaku' tersebut mulai digunakan secara kasual, boleh jadi suatu saat kekakuannya akan hilang.

Hal yang tampaknya tengah diusahakan untuk membumi adalah daring. Pandemi yang membuat kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka langsung membuat penggunaan frasa "kelas daring"meningkat frekuensinya. Namun apabila dilihat di media sosial, khususnya Twitter, justru terjadi gejala penyempitan makna atau spesialisasi. "Daring" tidak dimaknai sebagai padanan "online" tetapi justru khusus merujuk pada "kelas online" saja, bukan "online" itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun