Mohon tunggu...
A A istri Sintya Prathiwi
A A istri Sintya Prathiwi Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Alam

Musik penyemangat hari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Pasar Hadir dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu?

24 Mei 2021   19:34 Diperbarui: 19 November 2021   21:31 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : A.A Istri Sintya Prathiwi dan I Gede Cahyadi Putra

Akuntansi FEB Universitas Mahasaraswati Denpasar

 

      Kehadiran situasi modern telah menjadi spirit kehidupan yang mempengaruhi kesadaran manusia dalam berfikir, bertingkah laku, serta menjadi refresentatif bagi kehidupannya. Pengaruh modernisasi era globalisasi ini, secara tidak langsung turut berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat. 

     Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional menuju masyarakat industri. Dimana Bali merupakan nama salah satu provinsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Hindu. Penduduk masyarakat Bali yang beragama Hindu banyak memiliki aktivitas terkait dengan upacara keagamaannya berdasarkan hari rayanya atau yang disebut "rerahinan". 

    Rerahinan atau Hari suci adalah hari yang diperingati atau yang diistimewakan, karena berdasarkan keyakinan bahwa hari itu mempunyai makna dan fungsi yang amat sangat penting bagi kehidupan seseorang (umat), baik karena pengaruhnya maupun karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya sehingga dirasakan perlu untuk diingat, disucikan, dan dirayakan. Sebelum dampak dari modernisasi ini muncul, masyarakat Hindu di Bali masih kental dengan tradisi untuk membuat sarana dan prasarana untuk kegiatan upacara keagamaan. 

     Dengan pengaruh modernisasi saat ini menyebabkan terjadi perubahan yang signifikan terhadap masyarakat di Bali. Kondisi yang akhirnya memperlihatkan ketika umat Hindu melaksanakan kewajiban beragama, terutama dalam bentuk ritual, tak dapat dihindari telah disusupi pengaruh gaya hidup masyarakat pada saat ini yang lebih mementingkan penampilan fisikal/personal dan sajian material, daripada peningkatan rohani guna mencapai kesadaran spiritual. Secara garis besarnya, pedoman atau patokan yang dipakai dasar untuk memperingati hari raya keagamaan bagi umat Hindu dibedakan menjadi dua macam , yaitu berdasarkan atas perhitungan sasih atau pranata masa seperti Hari Raya Nyepi dan Hari Raya Siwa Ratri serta berdasarkan Pawukon (wuku) seperti hari raya Galungan, Kuningan, Saraswati dan Pagerwesi. Dalam melaksanakan aktivitas upacara tersebut banyak sekali diperlukan unsur-unsur, diantaranya seperti alat , bahan, waktu, tenaga kerja dan biaya. Untuk memenuhi kebutuhan bahan, alat, dan banten untuk upacara maka seluruh umat hindu akan mencarinya ke sebuah pasar.

        Kata banten juga memiliki pengertian yang sama dengan upakara. Banten sesungguhnya berasal dari kata bang dan enten, suku kata bangi bisa diartikan Brahma (Sang Hyang Widhi Wasa) sedangkan enten bisa diartikan ingat atau sadar. Jadi kata banten mengandung pengertian: untuk mengingat, untuk mendidik dirinya, supaya selalu ingat dengan keberadaan Sang Hyang Widhi karena beliau adalah pencipta segala isi di dunia ini. Pasar menyediakan kebutuhan akan kehidupan masyarakat, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan untuk religius. Hal ini begitu marak terjadi pada saat ini, itu karena banyak kesibukan yang dialami oleh masyarakat serta padatnya aktivitas upacara agama umat Hindu, menyebabkan Pasar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. 

     Padatnya aktivitas umat hindu terkait dengan upacara keagamaan yang dilaksanakan, maka terjadi hubungan yang erat antara kegiatan upacara tersebut dengan perekonomian para pedagang. Namun, harga barang terkadang turut berubah sesuai dengan suasana di pasar pada saat hari raya akan tiba. Semakin sering adanya hari raya, maka kegiatan upacara akan semakin banyak dilakukan sehingga transaksi penjualan meningkat dan akan menambah pendapatan serta laba bagi para pedagang khususnya pedagang sektor sarana prasarana upacara. Hal itu mengakibatkan laba pedagang di masa hari raya cenderung lebih tinggi dibandingkan laba di hari biasa. 

     Disamping itu karena intensnya masyarakat yang praktis dan berkembangnya ekonomi global sehingga pasar hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Seiring dengan perkembangan pada saat ini, pola hidup masyarakat ikut mengalami perubahan yang menggeser budaya dan kebiasaan, baik dalam hal gaya hidup, gaya berbusana, pola makan hingga sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk persembahan ikut mengalami perubahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun