Mohon tunggu...
Ahmad Khanifan
Ahmad Khanifan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih dalam proses merangkai kata-kata tuk jadi kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berkat Ajakmu, Aku Kembali

28 Juni 2013   00:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memang benar apa kata dari sebuah hadits, kalau tidak salah penggalannya seperti ini “Kalau kita berkumpul dengan Penjual Minyak wangi, maka kita akan kena wanginya.”

Dalam hal ini ada  satu cerita yang akan saya angkat, dari salah satu cerminan dari hadits ini:

##&##

Panggil saja namanya Andi, dia adalah mahasiswa semester akhir. Dalam kehidupannya di kampus, bisa di hitung jari ia menginjakkan kaki di masjid kampusnya. Dua, mungkin tiga kali begitu, itu bila di hitung. Bukan maksud andi ini tak pernah sholat lo brow!!!.. dia memang sholat, tapi memang ia sholatnya kadang masih bolong-bolong, Tak terkecuali untuk menginjakkan kaki di masjid kampusnya. Yah, walau kadang dia sendiri tahu bahwa ibadah sholat adalah suatu keharusan yang selalu tetap dijaga. Bahkan ia telah tahu akan pahala yang berlipat jika ia berkumpul(jama’ah). Karena ibadah ini adalah suatu hakikat dalam agama Islam. Tapi entah setan apa namanya hingga ia tertuntut ajakan setan ini untuk meninggalkannya, mungkin bila dikalkulasi setan ini setingkat IFRIT atau mungkin diatasnya lagi.

Ada satu hal yang telah bisa membuat Andi menjadi tahu akan sebuah Hakikat, hakikat yang menjadikan patokan hidup yang harus dijalani dalam menggapai sebuah tujuan.

Sahabatlah yang telah bisa mengubah, sesuatu yang menurutnya tak seharusnya dilakukan oleh andi. Yaitu meninggalkan sebuah kewajiban. Berkat sahabatnya pula, ia harus menempuh  serta menjalani kewajiban ini dengan dimulai dari semacam bayi yang baru lahir (PUTIH). Walaupun meninggalkan kewajiban yang dilakukannya bukan lagi PUTIH layaknya putih bayi. Karena ia tahu dalam dirinya telah banyak debu yang hinga berakar layaknya seperti karang” yang menempel digigi.

Satu hal pelajaran berharga yang telah ia dapatkan dari seorang sahabat. Yah, dialah yang sudah berani mengajak kembali tuk menginjakkan rumah Ilahi. Lama memang sahabat satu ini telah mengajak tuk selalu bisa menginjak di rumah tuhan. Tapi selalu disangkal, mulai dari alasan ini dan itu. Dan kini. Hanya satu yang bisa diacungkan pada seorang sahabat ini, berkat ajakmu, aku kan selalu kembali. Dan selalu bisa mengerti akan maksud Hakikat. Akan ku tanam rasa ikhlas dalam porsi yang tak terhingga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun