Mohon tunggu...
Galih Satria H
Galih Satria H Mohon Tunggu... Belajar menulis

ASN milineal yang sangat mendambakan proses kerja terbuka terhadap fleksibilitas,kreatifitas,dan inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duka di balik bayang-bayang

24 September 2025   14:31 Diperbarui: 24 September 2025   14:31 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati Sari sesak. Ia merasakan beban duka yang menekan dada, kesedihan yang bukan miliknya tapi kini menyatu dalam jiwanya. Ia tahu bahwa di balik bayang-bayang itu, ada permintaan terakhir yang harus ia tunaikan.

Namun, kebenaran itu pahit. Saat Sari menggali lebih dalam, ia menemukan bahwa pamannya sendiri adalah pewaris dosa yang tak terampuni. Pak Isman, yang selama ini ia panggil dengan sebutan keluarga, adalah keturunan dari pria yang mengkhianati Rara dan membunuhnya demi harta.

Konflik dalam dada Sari bergolak. Ia mencintai pamannya, tapi juga tak bisa membiarkan ketidakadilan berlalu begitu saja.

Ketika malam tiba, Sari berdiri di depan warga desa dengan suara yang bergetar, membuka tabir kebohongan yang selama ini menyelimuti rumah dan hati mereka.

Tangis, amarah, dan luka lama mencuat bersama angin malam. Pamannya yang merasa dikhianati meledak dalam kemarahan dan keputusasaan. Dalam pertarungan batin dan fisik, Sari terluka parah dan terjatuh di tanah berlumpur, darahnya mengalir menyatu dengan tanah yang basah oleh embun pagi.

Saat nyawanya mulai menghilang, sosok Rara muncul di sisinya, menatap dengan mata yang kini penuh kedamaian.

"Terima kasih, Sari... karena kau membebaskanku dari bayang-bayang duka," suara Rara lembut, seperti bisikan angin yang menyejukkan hati.

Dengan senyuman terakhir yang penuh haru dan air mata yang membasahi pipinya, Sari menghembuskan napas terakhirnya, menyatu dengan malam yang penuh duka dan pengampunan.

Fajar pun menyingsing, mengusir kabut dan kegelapan, meninggalkan rumah tua yang kini tak lagi menakutkan, tapi menjadi saksi bisu perjuangan seorang gadis yang berani menantang bayang-bayang masa lalu demi membawa damai bagi jiwa yang terluka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun