"Cermin Ladang"
Â
Di sebuah kerajaan, hiduplah rakyat yang begitu makmur, hal itu karena Rajanya yang begitu baik. Raja selalu mengadakan acara sambat-sumbut yang dilaksanakan setahun sekali. Sambat-sumbut yakni acara untuk rakyat jelata yang mengadukan nasib dan keinginan mereka, jika Raja berkehendak, apa yang mereka inginkan akan dikabulkan.
Kali ini acara itu digelar lagi. Silih berganti rakyat mengadukan nasib mereka di hadapan sang Raja. Kali ini ada dua bersaudara yang mengadukan nasib. Mereka adalah Jumput dan Taruno. Mereka berasal dari desa Lumbung, desa yang terkenal dengan kemakmuran petaninya, namun tidak dengan mereka. Mereka adalah yatim piatu sejak kecil. Hidup mereka begitu susah, dan di acara sambat-sumbut ini, mereka mencoba merubah hidup. Karena kebaikan sang Raja, mereka mendapatkan ladang dan lembu. Raja berpesan bahwa lembu yang mereka dapatkan bukanlah lembu biasa. Lembu itu bisa membantu mengurus sawah, namun hanya sampai panen raya tiba. Tidak hanya itu, jika mereka melakukan kesalahan, maka petaka yang akan mereka dapatkan.
      Selama perjalanan, mereka sangat bahagia. Jumput bersyukur atas pemberian Raja, namun Taruno begitu sombong. Ia merasa bahwa berkat bantuannya lah yang memaksa Jumput ke Raja, sehingga mereka bisa merubah nasib. Jumput dan Taruno adalah pribadi yang berbeda. Taruno begitu malas dan sombong, Ia hanya percaya dengan keberuntungan. Sebaliknya, Jumput adalah pribadi yang giat dan tekun, Ia percaya akan keberhasilan usaha.
"Ya Tuhaaan, bahagia sekali aku bisa mendapatkan ladang dan lembu sebesar ini" Jumput begitu kegirangan.
"Halaaaah Jumput, Jumput! Kau pasti tetap menjadi buruh tani jika aku tak memaksa kau ke Baginda raja. Berterima kasihlah kepadaku, Jumput!" Sahut Taruno.
      Hari demi hari berlalu, Jumput selalu mengurus sawahnya setiap hari. Bersamaan dengan matahari terbit, Jumput sudah membawa cangkul dan sabit untuk pergi ke sawah. Padinya begitu subur, ia juga pandai untuk mengusir hama-hama. Mulai dari membajak sawah, menanam, dan memberi pupuk, ia lakukan sendiri. Begitu juga dengan lembunya yang terawat dengan baik Sebaliknya, Taruno justru jarang ke sawah. Taruno selalu menghabiskan waktu malamnya untuk bermain di pos ronda, dan akhirnya ia selalu bangun kesiangan. Taruno juga hampir lupa bahwa ia punya lembu. Lembunya tidak terawat sama sekali.
      Ketika matahari sudah memulai memanas, sejuknya pagi sudah terasa hilang, Taruno bangun dari tidurnya. Taruno kaget, karena tiba-tiba ada warga yang datang ke rumahnya.
"No, Taruno!! Kau tak pernah mengurus sawahmu ya! Banyak rumput liar dan tikus di mana-mana"
Mendengar hal itu, Taruno begitu panik. Ia bergegas pergi ke sawah. Sesampai di sawah, apa yang dikatakan tetangganya itu memang benar. Ia begitu panik melihat sawahnya rusak. Lembunya pun juga diurus oleh Jumput. Ketika Jumput hendak ke sungai untuk memandikan lembu, Jumput melihat dan menghampiri Taruno.