Map berwarna merah itu disodorkan lebih dekat lagi ke arahku
Tatapannya yang lurus seperti tak ingin memberi celah lagi, keputusannya tak dipatahkan.
Beberapa detik napasku seperti berhenti...
"Baik pak, saya putuskan untuk resign."
Tidak ada gunanya berdebat lagi, aku terima map berwarna merah membaca surat pengunduran diri dan langsung kutandatangani tepat di atas namaku.
"Terima kasih, silahkan anda temui Bu Ismi untuk mendapatkan gaji dan pesangon dari perusahaan ini."
Wajahnya masih tetap datar seperti tanpa ekspresi.
Aku pamit tak ingin lebih lama lagi berada di ruang ber-AC yang terasa gerah dan membuatku dehidrasi bersama sosok sedingin itu.
Sedikitpun tak ingin lagi menundukkan diri seperti yang selama ini sering kulakukan bila berpapasan dengannya.
Suasana penuh tawa seketika terhenti saat aku memasuki ruang kerja yang sudah lebih dari tiga tahun menjadi tempat beraktivitas. Berubah menjadi tatapan penuh tanya dengan jawaban yang sebenarnya sudah mereka miliki masing-masing. Terjawab sudah dengan sikap diam mereka sepanjang hari ini. Aku paham mengapa mereka lebih memilih diam dan menghindariku.
Mungkin tidak ingin kariernya terancam bila tampak jelas berpihak padaku.