Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... irero

Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Basi! Madingnya Udah Siap Terbit!" Kata Cinta ke Rangga!

3 Oktober 2025   07:48 Diperbarui: 3 Oktober 2025   09:45 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rangga & Cinta bertengkar soal Mading (Miles Films edited by Canva)

Di film Rangga dan Cinta terbaru yang baru saja release rupanya juga tidak mereduksi adegan seputar mading. Memang saya belum menontonnya sendiri tapi dari ulasan beberapa media yang saya baca, runutan adegan itu masih sama. Soal Cinta yang ingin mewawancarai Rangga sebagai pemenang lomba puisi dan Rangga yang menolak karena merasa tak mengirimkan puisi tersebut.

“Cinta semakin kesal setelah Rangga enggan wawancara dengan tim mading karena merasa tidak pernah mengirimkan puisi tersebut. Dalam pikiran Cinta, Rangga adalah sosok yang angkuh dan sombong.” review yang ditulis oleh voi.id.

Menurut saya ini artinya mading memang punya peran yang cukup penting untuk menggerakkan kisah mereka lebih jauh. Tadinya saya pikir bisa jadi di film Rangga dan Cinta format madingnya berubah, menjadi digital atau majalah digital karena menyesuaikan jaman sekarang tapi rupanya masih sama. 

Ya kalau menyebutnya masih mading artinya masih menempel di dinding andaikata berubah digital sebutanya berubah menjadi majalah digital, bukan?

Lalu bagaimana kabar mading di era sekarang?

Ingatan tentang adegan mading Cinta dan Rangga menyeret saya ke sebuah obrolan dengan seorang kawan blogger yang berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Ramah Anak. Namanya Pak Saepullah. Rupanya di sekolah beliau mading masih ada dan berjalan di era sekarang.

Mading di Sekolah SMP Islam Ramah Anak  (dok/Saepullah)
Mading di Sekolah SMP Islam Ramah Anak  (dok/Saepullah)

Meski begitu ia tak menampik banyak sekolah lain yang kini lebih maju dengan menghadirkan buletin atau majalah sekolah dalam bentuk digital atau ebook. Kawan saya ini bercerita juga bahwa majalah di sekolah anaknya sudah berbentuk digital. Hebatnya majalah ini digarap penuh oleh para siswa dan siswi di sekolah tersebut.

Menurut saya ini sebuah kemajuan yang sangat baik. Majalah digital yang mereka buat jauh lebih lengkap dari segi isi dibanding mading. Jika mading muatannya terbatas karena ukurannya, maka majalah digital ini bisa dibilang tanpa luas fisik sehingga isinya bisa jauh lebih banyak.

Isi dari majalah mereka pun lengkap, mulai dari berita luar negeri, berita seputar edukasi, berita seputar sekolah, teknologi, kesehatan hingga tampilan karya siswa siswi lain berupa komik, TTS, puisi, cerpen, review buku hingga artikel. Isinya benar-benar bisa membuatnya disebut sebagai majalah.

Penampakan rak majalah digital Sekolah Cendekia Baznas (sumber : Buletin Sekolah Cendekia Baznas)
Penampakan rak majalah digital Sekolah Cendekia Baznas (sumber : Buletin Sekolah Cendekia Baznas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun