Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... irero

Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Buka Dulu Lemari Bajumu Baru Tentukan, Mau Beli Baju Lebaran atau Tidak!

14 Maret 2025   08:36 Diperbarui: 14 Maret 2025   15:00 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membeli baju termasuk di dalam list produk yang harus saya kurangi, termasuk baju lebaran. Mungkin saya bisa tapi bagaimana dengan orang-orang? Apakah mereka siap untuk berlebaran tanpa baju baru?

Jika dirunut ke belakang, fenomena beli baju baru ketika lebaran ternyata sudah ada sejak tahun 1956 di masa kesultanan Banten. Di masa itu hanya orang-orang kerajaan saja yang bisa membeli baju baru untuk Idul Fitri sementara rakyat biasa sebenarnya lebih ke menjahit baju mereka sendiri (KompasTV).

Guru Besar Fakultas Budaya Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar melalui kompas.com pernah menjelaskan bahwa pakaian yang dipakai untuk salat Idul Fitri merupakan simbol kesucian, kembali fitri setelah menjalankan puasa ramadan. Maka baik itu baju, sarung, mukena baru dianggap bersih dan suci.

Itulah mengapa banyak orang tua membelikan baju baru untuk anaknya. Namun lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk orang dewasa baju hanyalah simbol, yang lebih utama adalah niat baru untuk menjalankan agama islam secara lebih baik. Catet!

Sayangnya tradisi membeli baju lebaran ini sudah terlanjur turun temurun hingga ke kakek nenek dan orang tua kita dan menjadi sebuah kebiasaan yang mengakar kuat. Tak heran dulu sewaktu masih kecil saya menangis kencang ketika sudah dekat hari lebaran tapi belum juga dibelikan baju baru.

Rupanya tanpa sadar kebiasaan itu saya bawa sampai dewasa. Saya tidak tahu mengapa setiap lebaran harus pakai baju baru? Yang saya tahu saya sudah terbiasa mendapatkannya sedari kecil jadi kalau tidak beli rasanya kok ada yang kurang.

Nah, kebiasaan itulah yang kini berusaha saya redam. Saya sudah merasa cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri dan bukan karena faktor kebiasaan maupun orang lain.

Kalau dipikir-pikir, alasan saya pakai baju baru ketika lebaran ya lebih ke memberikan impres positif ke orang lain. Saya mengharap untuk dipuji atau terlihat lebih baik -dan syukur-syukur- lebih cantik dibanding orang lain.

Sebaliknya sebenarnya orang lain tidak begitu memperhatikan maupun peduli dengan apa yang kita pakai sejauh itu tidak mencolok atau aneh-aneh.

Contoh aneh itu ya seperti memakai baju yang berbeda fungsionalnya, seperti baju tidur yang dipakai di hari raya atau baju pramuka yang dipakai ke kondangan. Emang ada? Ada, teman kampung saya dulu, he.

Sejauh kita pakai baju yang sesuai momentum, nyaman, bersih dan rapi itu saja sudah cukup. Bukan berarti kita tidak boleh sama sekali beli baju baru. Mungkin lebih tepatnya sesuai kebutuhan saja. Ada beberapa orang yang mungkin memang tak punya baju dan memang perlu membelinya. Ya beli saja! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun