Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wujud Kebhinnekaan Itu Ada di Jakarta Pusat

25 Februari 2024   01:12 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:02 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta Pusat l Sumber: dok.pri/irerosana

Ingatkah kamu adegan persidangan Fahri di film Ayat-Ayat Cinta? Rupanya adegan ikonik itu diambil di salah satu gereja tertua milik umat Kristen Protestan di Jakarta, lho! Namanya gereja Immanuel.

Bagi yang kerap lalu lalang di jalan Medan Merdeka tentu sudah tak asing dengan bangunan kolonial Belanda bergaya arsitektur neo klasik dengan dominasi warna putih yang ada di seberang stasiun Gambir. Yah, itulah gereja Willemskerk atau lebih dikenal dengan nama gereja Immanuel.

Kemegahan dan keklasikannya seolah menarik orang yang melihatnya untuk kembali ke masa lalu.

Halaman depan Gereja Immanuel (sumber : dok.pri/irerosana)
Halaman depan Gereja Immanuel (sumber : dok.pri/irerosana)

Dari gereja inilah saya dan 11 kawan dari Wisata Kreatif Jakarta akan memulai perjalanan lorong waktu. Kami akan kembali ke jaman di mana Kota Batavia lama (Oud Batavia) dilanda banyak permasalahan, mulai dari merebaknya wabah penyakit serta gempa bumi yang cukup membuat jantung kota Batavia porak-poranda.

Dari kondisi itulah ide untuk mendirikan kota Batavia Baru di sekitar Gambir Jakarta Pusat terlahir. Banyak bangunan mulai dibangun salah satunya Gereja Immanuel.

Gereja ini bisa dibilang cukup istimewa karena dibangun khusus untuk memenuhi kebutuhan rohani para petinggi Hindia Belanda.

Rombongan kami berusaha masuk ke area utama melalui pintu selatan. Ruangan itu tak sebesar seperti yang terlihat dari luar namun kesan klasik masih terasa kental. Bentuknya melingkar dengan 2 tingkat layaknya gedung-gedung opera ala Eropa.

Ketika datang, suasana tiba-tiba bertambah terang. Rupanya lampu-lampu di bawah kubah itu sengaja dinyalakan untuk menonjolkan eksotisme dari ruangan yang sudah berumur 185 tahun itu.

Di belakang mimbar terpampang figura raksasa berisi nama -- nama berbahasa Portugis. Belakangan saya tahu rupanya nama-nama itu adalah nama para jemaat gereja Immanuel era Kolonial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun