Mohon tunggu...
Syafitri Nur Ramadhanti
Syafitri Nur Ramadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Hubungan Internasional yang memiliki ketertarikan pada isu diplomasi, politik global, dan hubungan ekonomi antarnegara. Saya senang mengikuti perkembangan kebijakan luar negeri Indonesia serta dinamika geopolitik dunia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Natuna dan Strategi Lintas Sektor Indonesia: Membangun Cipta Tata Kelola di Laut Utara

6 Oktober 2025   23:00 Diperbarui: 11 Oktober 2025   11:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Laut Natuna Utara bukan sekadar garis batas di peta Indonesia. Kawasan ini menjadi titik temu antara kepentingan politik, pertahanan, ekonomi, dan lingkungan. Di tengah persaingan geopolitik dan tekanan global, Natuna menjelma sebagai laboratorium nyata bagi Indonesia untuk membangun tata kelola yang adaptif dan lintas sektor, sebuah proses yang bisa disebut sebagai cipta tata kelola. Kawasan ini menjadi cermin sejauh mana pemerintah mampu manyatukan kebijakan lintas sector untuk menjaga kedaulatan dan kesejahteraan.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah menaruh perhatian besar pada Natuna sebagai kawasan strategis nasional. Langkah ini bukan hanya tentang memperkuat pertahanan di perbatasan, tetapi juga tentang menciptakan ruang kolaborasi antarlembaga dan masyarakat. Sinergi antara TNI AL, Bakamla, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Pertahanan menjadi contoh bagaimana kebijakan lintas sektor dapat berjalan bersama untuk satu tujuan: menjaga kedaulatan sekaligus menumbuhkan kesejahteraan.

Menurut riset yang dilakukan oleh Berawi (2021), koordinasi semacam ini meningkatkan efektivitas kebijakan publik karena mampu menghindari tumpang tindih antarinstansi. Di Natuna, kolaborasi tersebut tampak dalam pembangunan infrastruktur maritim, pengawasan laut, hingga pengembangan ekonomi biru yang melibatkan masyarakat pesisir. Keterpaduan ini menunjukkan bahwa tata kelola tidak hanya berfokus pada keamanan, tetapi juga pada kesejahteraan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Kebijakan ini juga menunjukkan kepemimpinan strategis pemerintah. Penetapan Natuna sebagai kawasan prioritas nasional serta pembangunan pangkalan terpadu memperkuat posisi Indonesia di Laut Cina Selatan. Namun, kekuatan sejati tata kelola ini tidak hanya datang dari pusat, melainkan juga dari bawah, dari keterlibatan pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat lokal. Seperti disampaikan oleh Yang dan Zou (2023), partisipasi berbagai aktor ini memperkuat ketahanan sosial-ekonomi dan memperluas makna kedaulatan yang tidak lagi sebatas militeristik.

Namun di balik semua capaian itu, tantangan besar tetap menanti. Modernisasi kekuatan laut Tiongkok dan dampak perubahan iklim menuntut sistem tata kelola yang mampu beradaptasi dengan cepat. Marín-González dkk. (2022) menyebut model seperti ini sebagai tata kelola berbasis jejaring, yang mengandalkan fleksibilitas, pembelajaran kebijakan, dan kolaborasi lintas sektor. Dalam konteks Natuna, pendekatan ini berarti membangun jejaring antara negara, lembaga, dan masyarakat agar kebijakan tetap relevan menghadapi perubahan global.

Dari laut biru di utara Nusantara, Natuna memberi pelajaran berharga bahwa menjaga kedaulatan tidak cukup hanya dengan kekuatan militer. Ia juga menuntut kemampuan mengelola sumber daya, memperkuat koordinasi, dan membangun kepercayaan antara pemerintah dan rakyat. Dengan semangat itu, Natuna bukan lagi hanya perbatasan Indonesia, tetapi simbol dari strategi yang melahirkan tata kelola berkelanjutan, tempat di mana keamanan, pembangunan, dan kolaborasi bertemu dalam satu arah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun