Oleh: Tim Pengabdian Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Tahun 2025
Maraknya judi online kini bukan hanya ancaman di kalangan masyarakat umum, tetapi juga telah menyusup hingga ke dunia pendidikan. Remaja, khususnya pelajar, menjadi kelompok rentan karena berada dalam masa pencarian jati diri dan memiliki akses yang semakin mudah terhadap internet. Menyikapi fenomena ini, sejumlah dosen dan mahasiswa dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) menginisiasi sebuah program pengabdian Masyarakat dan kuliah kerja nyata yang mengedepankan pendekatan edukatif dan karakter dalam menanggulangi bahaya judi online.
Program bertajuk "Membendung Gelombang Judi Online di Kalangan Remaja" ini dilaksanakan dengan melibatkan dosen, guru, mahasiswa, hingga siswa. Tidak sekadar ceramah biasa, program ini menerapkan metode interaktif dan partisipatif yang menyentuh langsung kehidupan remaja.
"Judi online kini sangat mudah diakses bahkan lewat aplikasi game dan media sosial. Ini bukan sekadar masalah hukum, tapi juga menyangkut aspek psikologis dan sosial anak-anak kita," ujar Dr. Dwi Novitasari, SE., MM, salah satu dosen pembimbing lapangan (DPL).
Melalui sosialisasi, pelatihan keterampilan hidup, pembentukan kelompok sebaya, hingga layanan konseling, para peserta yang mayoritas adalah siswa sekolah menengah pertama dilatih untuk mengenali, menolak, dan melawan pengaruh judi online. Tidak hanya itu, mereka juga belajar bagaimana membuat keputusan yang sehat dan membangun komunitas pendukung sesama teman.
Hasilnya cukup mencengangkan. Dari hasil evaluasi, sebanyak 90% mengaku kini lebih memahami risiko judi online, mampu menjelaskan cara kerja situs judi, dan merasa lebih siap menghadapi ajakan negatif dari lingkungan. Bahkan, terbentuk pula komunitas siswa peduli anti-judi online yang kini aktif berkampanye lewat media sosial sekolah.
"Dulu saya tidak tahu kalau game bisa jadi pintu masuk ke judi online. Sekarang saya tahu cara menolak dan mengajak teman lain untuk berhati-hati," ungkap salah satu siswa peserta program.
Program ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis edukasi karakter lebih efektif daripada sekadar hukuman atau larangan. Dengan melibatkan semua pihak sekolah, orang tua, dan Masyarakat upaya pencegahan judi online menjadi lebih kuat dan berkelanjutan.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) berharap model seperti ini bisa diterapkan secara luas di berbagai sekolah dan pesantren. "Kami berharap pemerintah dan institusi pendidikan memberikan dukungan agar kegiatan ini bisa menjadi gerakan nasional. Anak-anak kita adalah masa depan bangsa. Kita tidak boleh membiarkan mereka tenggelam dalam arus judi digital," tegas Dwi Novitasari, SE., MM.