Pantai Pulau Santen, Banyuwangi --- Dalam upaya mendukung pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal dan memperkuat daya saing generasi muda di kawasan pesisir, Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informasi Publik (FIKKIA) Universitas Airlangga menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk "Pelatihan Komunikasi Lintas Budaya" yang diikuti oleh 20 peserta, terdiri dari 10 pemuda laki-laki dan 10 perempuan dari kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di Pantai Pulau Santen, Banyuwangi.
Pelatihan ini melibatkan ikon budaya lokal Jebeng Thulik, yakni Thulik Ken dan Jebeng Muthia, sebagai pemateri utama. Keduanya memaparkan pentingnya keterampilan komunikasi lintas budaya dalam menyambut wisatawan domestik maupun mancanegara. Mereka juga membagikan pengalaman langsung berinteraksi dengan turis serta strategi mengenalkan budaya lokal secara efektif namun tetap sopan dan menarik.
Potret saat Thulik Ken dan Jebeng Muthia Memberi Materi Komunikasi
"Pesertanya terlihat antusias mengikuti pembekalan. Mereka menyimak materi dan tertarik saat dijelaskan tentang komunikasi wisata," ujar Thulik Ken.
Dalam sesi tersebut, Jebeng Thulik Banyuwangi juga memperkenalkan konsep komunikasi SA-CIP, panduan sederhana yang mudah diterapkan oleh pelaku wisata, yaitu:
Senyum dulu, Akrabkan suasana, Ceritakan keunikan, Informasikan dengan jelas, Pamitan dengan kesan baik.
Konsep SA-CIP ini menjadi bekal bagi masyarakat Pulau Santen untuk membangun interaksi yang ramah, komunikatif, dan menciptakan citra wisata yang baik. masyarakat diharapkan dapat menyapa wisatawan dengan hangat, memperkenalkan keunikan Pulau Santen, hingga berpamitan dengan kesan positif yang meninggalkan pengalaman menyenangkan bagi pengunjung.
Setelah selesai menerima materi dari Jebeng dan Thulik Banyuwangi, peserta NYUBRICK FIKKIA UNAIR 2025 juga melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD). FGD ini membahas empat topik utama, yaitu:
1. Memperkenalkan eduwisata konservasi lepas tukik.
2. Memperkenalkan ecobrick sampah.