Tulisan ini tidak bertujuan untuk menganalisis wacana kritis tentang dakwah radikal di media sosial. Sebaliknya, ia menggunakan teori hirarki pengaruh oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Menurut teori ini, agenda atau pesan dakwah radikal adalah hasil dari kebijakan internal organisasi media. Dengan kata lain, pesan atau agenda dakwah radikal adalah hasil dari kebijakan.
Tetapi tulisan ini akan mempertegas gagasan Bernard Lewis, yang mengatakan bahwa setiap kelompok radikal menggunakan al-Qur'an dan al-Sunnah untuk mendukung semua tindakannya.
Bernard Lewis menyatakan bahwa kelompok ini dianggap mewakili ajaran Islam yang paling murni, benar, dan asli dibandingkan dengan kelompok arus utama umat Islam lainnya. Bagi penulis hal ini penting, paling tidak dakwah radikal di media sosial kelompok ini bisa dilawan dengan suguhan konten dakwah damai, dakwah moderat, dan dakwah akhlakul karimah. Khalayak media akan memiliki kebebasan untuk memilih sendiri dalam konteks ini.
Dengan demikian, menggunakan teori jarum hipodermik David K Berlo, pesan dakwah radikal di media sosial menyerang pikiran pengguna media seperti jarum hipodermik, menyuntikkan pesan radikal ke dalam pikiran mereka. Sementara pesan dakwah damai, moderat, dan akhlakul karimah muncul sebagai lawan.
Dengan mengadopsi teori penggunaan dan keuntungan, dakwah radikal akan dihilangkan. Ini karena khalayak media dianggap aktif memilih dan menentukan konten media sosial yang akan dilihat untuk tujuan sebenarnya, yaitu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, aktivis dakwah harus aktif dan kreatif menulis di media sosial untuk memenuhi kebutuhan mad'u.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI