Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Humor

Mengkritik Presiden SBY, Boleh Tidak?

10 Oktober 2012   18:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 2050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://3.bp.blogspot.com/-1VVZcP7R7-A/TyN6ee69S8I/AAAAAAAAAdA/ST6dol51LhU/s1600/Cerita+Lucu+Banget+2012.png

Apa kita memperhatikan saat SBY pidato ketika menanggapi kisruh KPK vs Polri kemarin? Lalu, apa ada yang membatin dan mengatakan,"Kasihan SBY, rambutnya sudah mulai memutih semua dan kantung matanya semakin jelas terlihat."

Wajarlah kalau kondisi fisik beliau mengalami perubahan, mana ada pemimpin nasional yang kondisi fisiknya tidak mengalami perubahan bukan? Malah kita perlu curiga kalau ada pemimpin yang tidak mengalami perubahan fisiknya, jangan-jangan malah menyimpan penyakit kronis yang ngendon di dalam tubuhnya dan bisa mendadak bermasalah yang bisa-bisa merenggut nyawanya.

Di era Reformasi ini media massa, cetak maupun elektronik semakin menunjukkan kegarangannya, menyerang siapa saja, bahkan presiden pun bisa dijadikan bulan-bulanan dengan parodi yang disukainya. Pokoknya sensasionalisme yang bisa memicu emosi masyarakat akan selalu ditulisnya. Jadi kalau beliau dikatakan sebagai presiden yang RAGU-RAGU dalam mengambil keputusan, LAMBAT, dan TIDAK TEGAS, walaupun kesemuanya tidak benar, namun hal sama yang terus menerus diteriakkan juga akhirnya bisa dipercaya sebagian orang.

Suatu hari Presiden SBY mengadakan jumpa pers bersama wartawan dari berbagai media, ada seorang blogger Kompasiana yang juga di undang (Namanya tidak usah disebutkan ya? Soalnya belum izin yang punya nama).  Ditengah pidatonya tiba-tiba blogger Kompasiana itu bertepuk tangan keras sekali tatkala Presiden SBY tidak melucu. "Apakah kamu mengagumi pidato SBY?" tanya Juru Bicara kepresidenan yang berada di sampingnya. "Oh tidak!" "Lho lalu mengapa bertepuk tangan?" "Sekedar menghilangkan kantuk!" Suatu hari seorang pengamen tengah mengamen di depan rumah Presiden SBY di Cikeas, karena pada waktu itu hari libur dan sang penjaga memperbolehkannya, soalnya sang pengamen menyanyikan lagu karyanya pak SBY sih. Kebetulan yang memberi uang pak SBY sendiri, karena ia puas lagunya bisa dinyanyikan seorang pengamen dengan baiknya. Tetapi betapa terkejutnya ketika melihat uang yang diterima cuma dua puluh ribu rupiah. "Pak, kok cuma dua puluh ribu rupiah, saya biasa terima seratus ribu rupiah," protesnya. Pak SBY tersenyum dan menjawab dengan mantap : "Baik, saya akan bayar seratus ribu rupiah, tapi tolong nyanyikan semua lagu dalam album-albumku!" Kali lain, dalam suatu acara jumpa pers di Cikeas, seorang wartawan dari Amerika diberi kesempatan bertanya. Dengan bahasa Indonesia yang fasih berceritalah wartawan itu. "Pak SBY, di negri kami rakyat bebas mengkritik Presiden Amerika. Bagaimana dengan Indonesia?" "Mengkritik Presiden Amerika? Oh, boleh sekali!" jawab SBY tersenyum.

***

Illustrasi : candasites.blogspot.com,4shared.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun