Mohon tunggu...
Muhammad Ain Nur Ridho S
Muhammad Ain Nur Ridho S Mohon Tunggu... Communication Science of UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 24107030091

Seorang mahasiswa di Yogyakarta yang aktif membahas kehidupan kota Yogyakarta, berbagai permasalahan sosial, tren viral seputar tempat, sejarah, serta isu-isu budaya dan masyarakat lokal.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kisah Bu Astuti, Pedagang Pasar yang Bertahan dengan Kejujuran

12 Juni 2025   14:00 Diperbarui: 12 Juni 2025   13:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret: Bu Astuti, Pemilik Ruko di Pasar Beringharjo. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Keuntungan memiliki lapak sendiri memberikan stabilitas bagi Bu Astuti. Ia tidak harus memikirkan biaya sewa yang terus naik atau risiko diusir jika sewanya habis. Dengan begitu, ia bisa lebih fokus pada pelayanan kepada pelanggan dan menjaga kualitas dagangannya.

Potret: Suasana di Dalam Ruko Milik Bu Astuti di Pasar Beringharjo. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Potret: Suasana di Dalam Ruko Milik Bu Astuti di Pasar Beringharjo. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Yang membuat Bu Astuti berbeda dari banyak pedagang lainnya adalah prinsip hidupnya dalam berdagang. 

"Saya nggak mau bohong-bohong. Barangnya kayak gini ya saya bilang gini. Biar pelanggan nggak kecewa," katanya mantap. 

Prinsip ini beliau pegang teguh karena percaya bahwa kejujuran akan selalu membawa pelanggan kembali.

beliau juga tidak jarang mendapatkan pelanggan setia. "Biasanya kalau sudah beli sekali, pasti balik lagi. Ada juga yang kasih kartu nama, tinggal kirim barang aja kalau mereka pesan lagi," jelasnya. Bu Astuti membangun hubungan baik dengan pelanggannya, dan dari situ ia mendapatkan kepercayaan, saudara baru, dan tentu saja tambahan rezeki.

Bu Astuti memulai harinya sejak pagi buta. Ia harus datang lebih awal untuk menata barang, membersihkan lapak, dan menyiapkan diri menyambut pelanggan yang datang dari berbagai daerah, termasuk wisatawan. Meski fisiknya terkadang lelah, ia merasa senang saat melihat dagangannya laku.

"Ya ini sudah jalan hidup saya, Mas. Saya udah sayang sama lapak ini, sama pelanggan. Meski capek, tapi kalau dagangan laku, itu bikin bahagia," ucapnya Bu Astuti.

Dalam sehari, omset Bu Astuti bisa mencapai Rp1 juta hingga Rp4 juta, tergantung kondisi pasar. "Kalau pas rame banget, bisa sampai Rp4 juta. Tapi kalau sepi ya kadang cuma Rp900 ribu," katanya. Ia menyadari bahwa dunia pasar itu fluktuatif dan tidak bisa diprediksi. Karena itu, ia selalu berusaha semaksimal mungkin dan tetap bersyukur dengan hasil yang diperoleh.

Potret: Saya bersama Bu Astuti saat berkunjung ke tokonya di Pasar Beringharjo. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Potret: Saya bersama Bu Astuti saat berkunjung ke tokonya di Pasar Beringharjo. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Kisah Bu Astuti adalah pengingat bahwa di tengah kerasnya persaingan dan gempuran modernisasi, masih ada pedagang yang bertahan dengan nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan. Ia bukan hanya menjual barang, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya. Ia menjaga warisan keluarga, membangun kepercayaan pelanggan, dan memberi teladan bahwa berdagang dengan hati masih menjadi jalan yang mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun