Mohon tunggu...
Muammar rifqi
Muammar rifqi Mohon Tunggu... Mahasiswa

mencoba memulai menulis tentang hal yang berada di sekitar dan berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Pemimpin Bertumbuh bersama Rumah Kepemimpinan: Menyelami Leaders and Leadership

22 Mei 2025   16:51 Diperbarui: 22 Mei 2025   16:53 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rumah Kepemimpinan bukan hanya sekadar beasiswa. Ia adalah ruang tumbuh, rumah pembinaan, dan kawah candradimuka bagi mahasiswa dari berbagai penjuru negeri yang bercita-cita menjadi pemimpin berdampak. Tidak ada sekat latar belakang: siapa pun yang memiliki semangat untuk berprestasi, membentuk karakter kepemimpinan, dan menjalin relasi luas se-Indonesia, bisa bergabung di dalamnya.

Dalam aktivitas hariannya, Rumah Kepemimpinan menanamkan kebiasaan dan nilai melalui rutinitas seperti waktu berkah subuh, kajian fiqih, menuju puncak manfaat, kajian Islam kontemporer, sharing alumni, dialog tokoh, kajian islam pekanan hingga sesi mendalam bernama Leaders and Leadership (LnL) --- sebuah ruang kontemplasi dan penguatan visi kepemimpinan.

Leaders and Leadership (LnL): Membentuk Jiwa Pemimpin dengan Nilai Abadi

Leaders and Leadership (LnL) adalah salah satu program utama dalam Rumah Kepemimpinan yang secara khusus dirancang untuk membekali para pesertanya dengan fondasi-fondasi kepemimpinan yang kuat, tidak hanya dari teori, tetapi juga dari nilai, sejarah, dan spiritualitas.

Hingga saat ini, telah ada empat tema yang menjadi kurikulum utama dalam pembinaan LnL:

1. Kepemimpinan Profetik: Misi Langit untuk Bumi

Kepemimpinan ini berakar dari keteladanan para nabi. Seorang pemimpin profetik membawa misi langit untuk dibumikan. Tiga pilar utama dalam kepemimpinan ini adalah:

  • Humanisasi: memanusiakan manusia, mengangkat derajat kemanusiaan yang adil dan beradab.
  • Liberasi: membebaskan manusia dari penindasan, kebodohan, dan keterikatan duniawi.
  • Transendensi: melangitkan manusia, membangun hubungan vertikal dengan Tuhan sebagai sumber nilai.

Seorang pemimpin profetik tidak hanya memimpin dengan logika dan data, tetapi juga dengan nurani, wahyu, dan keberpihakan pada keadilan.

2. Hukum Perubahan: Ikigai sebagai Kompas Diri

Perubahan adalah keniscayaan, dan pemimpin adalah agen perubahan. Di sini, peserta diajak memahami konsep ikigai---falsafah Jepang tentang makna dan arah hidup. Ikigai mengajarkan bahwa perubahan yang kuat lahir dari pertemuan antara:

  • apa yang kita cintai,
  • apa yang kita kuasai,
  • apa yang dibutuhkan dunia,
  • dan apa yang dapat menghidupi kita.

Pemimpin yang paham hukum perubahan tidak hanya bergerak cepat, tetapi juga tahu mengapa ia harus bergerak --- dan ke mana arah pergerakannya.

3. Kepemimpinan Revolusioner: Belajar dari Nabi Daud AS

Nabi Daud AS adalah simbol kepemimpinan yang berani dan revolusioner. Ia dikenal sebagai raja sekaligus nabi yang memiliki kemampuan militer, kecerdasan strategi, dan kedekatan spiritual luar biasa. Di tangannya, keadilan ditegakkan bukan semata karena hukum, tetapi karena kebeningan hati dan keberanian untuk menindak.

Kepemimpinan revolusioner menuntut keberanian memutus rantai ketidakadilan dan membangun tatanan baru yang lebih adil dan beradab.

4. Kepemimpinan Reformatif: Meneladani Nabi Yusuf AS

Nabi Yusuf AS adalah sosok reformis sejati. Ia memimpin dari krisis --- mulai dari lubang sumur, dijual sebagai budak, hingga mendekam di penjara. Namun pada akhirnya, ia menjadi pengelola negara Mesir yang menyelamatkan rakyatnya dari bencana kelaparan.

Kepemimpinan reformatif adalah tentang membenahi sistem yang rusak dengan kesabaran, keteguhan prinsip, dan kecakapan teknokratis. Yusuf mengajarkan bahwa pemimpin tak harus lahir dari istana; bisa jadi ia muncul dari ujian dan luka --- tapi tetap membawa cahaya perubahan.

5. Kepemimpinan Regeneratif: Dari Thalut, Daud, hingga Sulaiman a.s.

Kepemimpinan yang baik tidak berhenti di satu generasi. Ia harus melahirkan penerus. Kisah Thalut, Daud, dan Sulaiman mengajarkan bahwa:

  • Thalut dipilih bukan karena nasab, tapi kapasitas dan ketakwaan. Ia pemimpin peralihan yang menyiapkan masa depan.
  • Daud adalah penguat bangsa dengan keadilan dan kekuatan militer yang disertai ibadah mendalam.
  • Sulaiman adalah simbol dari kecerdasan diplomasi, pengelolaan kekuasaan, dan ketajaman spiritual, bahkan ia memimpin makhluk selain manusia.

Kepemimpinan regeneratif menekankan pentingnya mentoring, kaderisasi, dan memastikan bahwa nilai-nilai luhur tetap hidup di setiap generasi pemimpin.

Program Leaders and Leadership bukanlah sekadar pembinaan teknis. Ia adalah proses penyadaran diri, penguatan nilai, dan pemahaman sejarah peradaban Islam. Rumah Kepemimpinan membekali para pemimpinnya dengan bukan hanya what to do, tapi who they are meant to be.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun