Mohon tunggu...
Muhammad Rifi Ananda
Muhammad Rifi Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka menulis dan membaca. Melalui tulisan, saya dapat mengekspresikan diri dan menyampaikan ide-ide saya. Membaca membantu saya memperluas pengetahuan dan meningkatkan kemampuan menulis. Saya berharap dapat menjadi penulis yang baik dan membagikan ide-ide saya kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung Ulos Huta Raja: Menyusuri Warisan Budaya Benda dan Tak Benda di Tanah Batak

27 Mei 2025   09:24 Diperbarui: 27 Mei 2025   09:24 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Foto: Ibu-Ibu Penenun Lagi Membuat Tenunan Ulos ( Sumber: Dok Pribadi 17 Mei 2025))

Sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah, saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjelajahi, mengenal, dan menulis kembali kisah-kisah budaya lokal yang menjadi akar identitas bangsa. Salah satu pengalaman paling berkesan dalam perjalanan akademik dan batin saya adalah kunjungan ke Kampung Ulos Huta Raja, yang terletak di Desa Lumban Suhi-suhi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Kampung ini bukan sekadar tempat, melainkan ruang hidup warisan budaya Batak Toba. Di sinilah saya menyaksikan warisan tangible dan intangible cultural heritage menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Mulai dari rumah adat yang masih berdiri kokoh, proses pembuatan ulos yang diwariskan lintas generasi, hingga upacara adat dan tarian yang terus dipentaskan dengan semangat.

( Foto: Ibu-Ibu Penenun Lagi Membuat Tenunan Ulos ( Sumber: Dok Pribadi 17 Mei 2025))
( Foto: Ibu-Ibu Penenun Lagi Membuat Tenunan Ulos ( Sumber: Dok Pribadi 17 Mei 2025))

Salah satu bentuk paling kuat dari warisan budaya tak benda (intangible) di Huta Raja adalah ulos. Di kampung ini, ulos tidak hanya menjadi simbol adat, tapi juga menjadi roh kehidupan masyarakat. Para perempuan penenun menggunakan alat tradisional seperti gadogan dan palabuan, dengan teknik yang diwariskan secara lisan dan praktik langsung dari generasi ke generasi.

Proses menenun bukanlah aktivitas biasa. Setiap helai benang, setiap motif dan warna mengandung makna---simbol kasih sayang, doa perlindungan, kekuatan hidup, dan hubungan antar keluarga. Inilah kekayaan tak benda yang tak ternilai pengetahuan tradisional, teknik kerajinan tangan, dan ritual pemberian ulos dalam upacara adat Batak Toba.

Di sisi lain, ulos sebagai benda juga termasuk dalam warisan budaya tangible. Produk akhirnya, yakni kain ulos itu sendiri, adalah objek budaya yang menjadi saksi kehidupan masyarakat Batak. Di Huta Raja, saya melihat betapa ulos masih sangat hidup---dipakai dalam upacara, ditenun setiap hari, dan dijual sebagai bentuk ekonomi kreatif berbasis tradisi.

( Foto: Rumah Adat Batak Toba Rumah Bolon ( Sumber:Dok Pribadi 17 Mei 2025))
( Foto: Rumah Adat Batak Toba Rumah Bolon ( Sumber:Dok Pribadi 17 Mei 2025))

Langkah kaki saya membawa ke deretan rumah adat Rumah Bolon, rumah panggung khas Batak Toba yang masih berdiri utuh di Kampung Huta Raja. Bangunan ini merupakan bentuk nyata dari warisan budaya tangible (benda) yang memiliki nilai sejarah dan simbolik tinggi. Dengan arsitektur atap berbentuk perahu terbalik, struktur kayu yang kuat, serta ukiran-ukiran tradisional di bagian fasad, rumah-rumah ini bukan hanya tempat tinggal---tetapi juga saksi sejarah.

Saya sempat berbincang  dengan salah satu tetua kampung yang bercerita bahwa beberapa rumah sudah berusia lebih dari 100 tahun. Bukan hanya bentuknya yang dipertahankan, tetapi juga fungsi sosialnya. Rumah bolon tetap menjadi pusat kehidupan keluarga besar, tempat berkumpul, dan tempat upacara adat digelar. Ia bukan benda mati, tetapi pusaka hidup yang masih digunakan sebagaimana mestinya sejak zaman dahulu.

Ukiran-ukiran yang terdapat di tiang dan dinding rumah pun menyimpan makna---lambang perlindungan dari roh jahat, kekuatan laki-laki, kesuburan perempuan, dan nilai-nilai luhur lainnya. Semua itu menunjukkan bahwa rumah bolon bukan sekadar bangunan, tapi perwujudan nilai-nilai budaya dalam bentuk fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun